TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan transmigrasi para eks anggota Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar ke daerah lain harus dipikirkan secara cermat. "Takutnya dengan transmigrasi ini malah akan membuat pola lama," kata Tjahjo di kantor KemenkoPMK, Selasa 2 Februari 2016.
Ia menjelaskan eks anggota Gafatar sebelumnya pindah ke Kalimantan mencari daerah yang tertutup dan tak terdeteksi. Pemerintah mengkhawatirkan pembuatan areal transmigrasi yang ekslusif bagi eks anggota Gafatar akan mengulangi kejadian sebelumnya. "Itu kan pola-pola tertutup, kemudian terang-terangan, lalu masuk dengan keyakinan dan doktrin," ujarnya.
Eks anggota Gafatar terusir dari tempat tinggalnya di Kalimantan. Warga lokal membakar kediaman mereka. Para pengikut Gafatar inipun kemudian dipulangkan ke asal daerah mereka.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan transmigrasi yang dilakukan pemerintah bukan transmigrasi eksklusif, melainkan inklusif. Transmigrasi inklusif yang dimaksud adalah transmigrasi yang di dalamnya terdapat orang-orang luar eks anggota Gafatar.
"Misal masing-masing daerah ada waiting list mau transmigrasi. Nah, yang sudah waiting list inilah digabung (dengan eks Gafatar) agar membaur," ia menuturkan. Pembauran itu menurut Mensos akan menyatukan mereka, baik ke-Indonesiaannya, dan keagamaannya.
Di Jakarta, kata dia, teridentifikasi 11 kepala keluarga eks anggota Gafatar bersedia mengikuti program transmigrasi inklusif ini. Dari Mendagri, masalah transmigrasi akan dibawa dalam rapat kabinet.
DIKO OKTARA