TEMPO.CO, Surakarta - Sejumlah satwa koleksi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Surakarta hidup dalam kondisi kurang layak. Sebagian tidak memiliki pasangan hidup alias jomblo.
Direktur Utama TSTJ Surakarta, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan memiliki sekitar 53 jenis satwa. "Sedangkan jumlah satwa ada 263 ekor," katanya, Selasa (2/2).
Bimo mengakui, sebagian dari mereka sejahtera. Penyebabnya, mereka tidak pasangan hidup berlainan jenis. "Pasangan hidup menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan," katanya.
Contohnya, TSTJ memiliki koleksi tiga ekor buaya. "Semuanya betina," kata Bimo. Ketiga buaya itu, bertahun-tahun tidak memiliki pejantan.
Selain itu, mereka juga mengkoleksi beruang madu, macan tutul dan kudanil. Semua betina. Sedangkan koleksi banteng, unta serta lutuh hitam, semua jantan. "Untuk koleksi harimau sumatera kami memiliki satu pasang," katanya. Meski demikian, pasangan itu tidak bisa dikawinkan, lantaran masih memiliki garis keturunan.
Bimo, sedang mengupayakan agar satwa-satwa itu bisa memiliki pasangan. Untuk itu, dia berkoordinasi dengan Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia. "Kami bisa bertukar satwa dengan kebun binatang lain," katanya.
Selain bisa memberikan kesejahteraan melalui pemenuhan kebutuhan biologis, penyediaan pasangan juga bertujuan agar satwa itu bisa berkembang biak. "Sehingga populasinya di Indonesia bisa bertambah," katanya.
Taman Satwa Taru Jurug merupakan tempat wisata yang berada di tepi Bengawan Solo. Selain menyuguhkan suasana teduh, Taman Jurug juga memiliki kebun binatang untuk menarik perhatian wisatawan.
Setiap bulan, tempat wisata itu dikunjungi rata-rata15 ribu wisatawan. "Harga tiket hanya Rp 10 ribu di hari biasa," kata Bimo. Tahun lalu, Taman Jurug bisa mengumpulkan pendapatan kotor Rp 4,5 miliar. AHMAD RAFIQ