TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Hukum, HAM, dan Keamanan DPR Desmond Junaidi Mahesa menyatakan kasus dugaan pemukulan yang dilakukan Masinton Pasaribu kepada asisten pribadinya, Dita Aditia Ismawati, susah dibuktikan.
Menurut dia, saat kejadian berlangsung, tidak ada saksi yang dapat membuktikan benar atau tidaknya pemukulan tersebut. "Agak susah juga kalau Pak Masinton tidak mengakui, kan tidak ada saksi. CCTV juga enggak ada. Kalau dia benjol kan bisa dilakukan oleh siapa saja," kata politikus Partai Gerindra ini di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa, 2 Februari 2016.
Selain susah dibuktikan oleh polisi, kata Desmond, Mahkamah Kehormatan Dewan akan kesulitan dalam pembuktiannya apabila kasus tersebut dilaporkan kepada lembaga itu. "Sama dengan di polisi. Ini problemnya nanti, pembuktiannya susah," ujar Desmond.
Desmond pun curiga bahwa ada tujuan tertentu di balik pelaporan kasus tersebut kepada polisi. "Saya meragukan juga, peristiwa ini kan dilaporkan selang sembilan hari setelah kejadian. Ada dua versi pendapat juga. Kita harus cerdas mencermati ini. Hati-hati," katanya.
Pada 21 Januari kemarin, anggota Komisi Hukum, HAM, dan Keamanan DPR Masinton Pasaribu diduga telah menganiaya asisten pribadinya yang bernama Dita Aditia Ismawati. Dita pun melaporkan tindakan Masinton tersebut kepada Badan Reserse Kriminal Polri.
Namun Masinton dan Dita memiliki cerita yang berbeda mengenai kejadian ini. Masinton menuturkan, saat berada di daerah Otista untuk mengantarkan Dita pulang, Dita yang tengah mabuk tiba-tiba menarik setir mobil yang dikemudikan oleh tenaga ahlinya, Abraham Leo. Mobil yang oleng membuat tenaga ahli Masinton itu refleks menepis tangan Dita dan tanpa sengaja mengenai wajah Dita.
Hal itu berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Dita. Melalui Sekretaris Badan Hukum DPW Partai NasDem DKI Jakarta Wibi Andrino, Dita mengaku bahwa yang memukulnya adalah Masinton sendiri. Di dalam mobil itu juga tidak ada orang lain selain Dita dan Masinton.
ANGELINA ANJAR SAWITRI