TEMPO.CO, Semarang - Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Tengah memastikan akan menambah jagung lewat operasi pasar yang dijual langsung ke peternak. Cara itu untuk menghindari tingginya harga daging ayam akibat harga bahan pakan mahal. “ Kami sudah menggelontorkan 200 ton. Akan kami tambah bila masih kurang,” kata Kepala Perum Bulog Divre Jawa Tengah, Usep Karyana, Selasa, 2 Februari.
Usep mengaku sedang mendata kebutuhan jagung bagi peternak ayam di Jawa Tengah. Temuan data baru itu menjadi acuan Bulog menggelontorkan jagung dengan harga lebih murah. “Operasi pasar kami Rp 3.600 per kilogram. Ini untuk membantu peternak yang dihadapkan harga jagung di pasaran mencapai Rp 7 ribu per kilogram,” katanya.
Menurut Usep, penggelontoran jagung 200 ton untuk operasi pasar itu hanya permulaan. Bulog akan terus memantau perkembangan harga untuk memungkinkan apakah operasi pasar jagung bisa lanjut atau tidak.
Operasi pasar yang dilakukan Bulog, kata Usep, berdasarkan rekomendasi pemerintah dalam rangka menurunkan harga daging yang sedang tinggi. Catatanya menunjukkan kondisi pasar akibat pasokan bahan pakan utamanya, jagung, sangat mahal. “Rekomendasi pemerintah kehadiran Bulog ikut stabilisasi lewat operasi pasar,” katanya.
Kepala Bidang Statistik (BPS) Jawa Tengah Jam Jam Zamachsyari membenarkan harga daging ayam yang naik awal tahun ini berpengaruh pada inflasi Jawa Tengah yang mencapai 0,48 persen atau meningkat dibandingkan dengan Desember 0,35 persen. “Dari kelompok bahan makanan, kenaikan harga tertinggi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 7,79 persen,” kata Jam Jam. Pengaruh inflasi dari sektor daging itu tertinggi dibanding subkelompok padi-padian, umbi-umbian, sebesar 0,26 persen.
Kenaikan harga daging, khususnya ayam, sangat berpengaruh, apalagi dibandingkan dengan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yang justru menurun sebesar 1,7 persen. “Justru terjadi deflasi pada subkelompok transpor sebesar 2,68 persen,” katanya.
Hasil survei kebutuhan ekonomi di Jawa Tengah oleh BPS itu menjadi acuan tim pengendali inflasi daerah Jawa Tengah, yang kemudian mengeluarkan kebijakan operasi pasar untuk menekan harga kebutuhan itu.
EDI FAISOL