TEMPO.CO, Surabaya - Taman-taman cantik tertata rapi di Kota Surabaya. Selain bersih, terhampar bunga warna-warni. Sebut saja Taman Bungkul, Taman Harmoni, Taman Mundu, Taman Pelangi, Taman Prestasi, dan masih banyak lagi. Sayangnya, masih ada satu hal yang mengusik hati Meliyanti, 22 tahun, setiap berkunjung ke taman-taman yang dibangun Wali Kota Tri Rismaharini itu.
“Tamannya memang bagus dan rindang, tapi sayang, fasilitas olahraganya masih minim. Paling hanya jogging track atau batu terapi pijat kaki,” katanya saat ditemui Tempo, Senin, 1 Februari 2016.
Dari sanalah, mahasiswa jurusan Desain dan Manajemen Produk, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya itu menciptakan alat akupunktur dan olahraga atau disingkat AKO.
AKO dibuat spesifik bagi mereka yang ingin menikmati jalan-jalan di taman sembari berolahraga, khususnya sit up dan push up. Dua jenis itu dipilih Meliyanti guna melatih otot dada dan perut, serta membakar kalori berikut lemak dalam tubuh. “Bedanya, ada bagian tonjolan-tonjolan yang berfungsi sebagai alat akupunktur untuk melancarkan aliran darah,” ujarnya.
Alat tersebut cocok bagi masyarakat yang ingin diet sekaligus cuci mata di ruang terbuka hijau. Apalagi, AKO terbuat dari besi rectangular hollow dengan perpaduan jajaran kayu bengkirai berukuran 230 sentimeter x 75 sentimeter, termasuk fiberglass dan aluminium. “Kalau ditaruh di taman kota dan dipasang dengan teknik footplate, konstruksi beton permanen. Jadi aman dari vandalisme,” ujar Meliyanti.
Dia ingat, beberapa alat olahraga outdoor di taman-taman Surabaya kerap rusak akibat ulah tangan-tangan jahil. Misalnya sepeda kayuh yang tak normal hingga beberapa bagian yang raib.
Selama 1,5 tahun Meliyanti mengerjakan produk tugas akhir kuliahnya itu. Dari tujuh desain yang diajukan, terpilih satu desain berbentuk gelombang. Alasannya agar tak terlihat seperti bangku taman biasa sehingga tak berpotensi disalahgunakan. “Bentuk lengkung di bagian atas ini juga memudahkan posisi saat seseorang ingin sit up,” ujarnya.
Setelah proses gambar manual, ia menyelesaikan desainnya dengan bantuan perangkat lunak SolidWorks dan 3DsMax. Rangka besi dipotong, dibentuk, dan dilas, lalu dilapisi bahan antikarat dan di-furnish. Kayu bengkurai pun dipotong, dihaluskan, dan dipelitur agar bebas dari rayap. Pada tahap akhir, Meliyanti memasang fiberglass setengah lingkaran yang didesain sebagai titik-titik akupunktur. “Total biaya pembuatan dari desain awal sampai prototype sekitar Rp 6,5 juta.”
Cara kerja AKO sederhana dan mudah dipahami. Untuk melakukan sit up, pengguna cukup memposisikan tubuh dengan posisi duduk, kedua lutut dilipat, dan telapak kaki dikaitkan ke dalam lipatan handle yang tersedia. Sedangkan untuk melakukan push up, pengguna dapat meletakkan telapak tangan pada bagian handle dan menaruh kaki agar bertumpu pada ujung lain alat. “Di papan ada informasi bagaimana cara penggunaan serta informasi jumlah kalori yang terbakar sesuai tabel kegiatan olahraga yang dilakukan,” ujarnya.
Perempuan kelahiran 11 Mei 1993 itu berharap, pemerintah Kota Surabaya mau memperbanyak hasil karyanya agar dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat. AKO ciptaannya telah dikonsultasikan ke sejumlah pihak, seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Selain itu, alat tersebut dikonsultasikan ke dokter spesialis rehabilitasi medik dan akupunktur, ahli kesehatan olahraga, serta pakar pertamanan dan tata kota.
Bahkan AKO sempat diujicobakan di Taman Bungkul. “Karya Meliyanti ini sudah layak untuk ditempatkan di taman kota,” ujar dosen pembimbingnya, Markus Hartono.
ARTIKA RACHMI FARMITA