TEMPO.CO, Bandung - Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung sepekan ke belakang melakukan studi pengelolaan sampah modern ke Japan Environmental Sanitation Center (JESC), Jepang. Hasil kunjungan tersebut, JESC akan memberikan hibah biodigester raksasa untuk dibangun di Kota Bandung.
"Mereka mau hibah biodigester ke Bandung. Kapasitas 20 sampai 30 ton sampah," kata Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung, Deni Nurdiana saat ditemui di kantornya, Jalan Suci, Kota Bandung, Senin, 1 Februari 2016.
Harga biodigester raksasa yang diklaim terbesar se-Indonesia ini bernilai Rp 40 miliar. Menurut Deni, biodigester ini bakal lebih besar dari yang sebelumnya sudah ada di Denpasar, Bali, dengan kapasitas 10 ton. "Mereka mau hibah, tapi setengahnya dibiayai oleh Pemkot Bandung," akunya.
Biodigester raksasa tersebut akan dibangun di lahan milik PD Kebersihan seluas 4 hektare di daerah Pasirimpun. Meski demikian, biodigester tersebut sebenarnya hanya memerlukan lahan satu hektare.
Nantinya, sampah yang dibuang ke dalam biodigester raksasa tersebut akan diolah menjadi gas metan atau listrik. Di Jepang, lanjutnya, hasil olahan sampah cenderung menghasilkan gas metan untuk dipasok ke industri-industri besar. "Kalau di Jepang dibuat gas metan dan dialirkan ke pabrik-pabrik baja," ucapnya.
Untuk mempercepat pembangunan biodigester raksasa tersebut, Pemkot Bandung akan melakukan penandatanganan MoU pada tanggal 17 Februari 2016 mendatang. Pembangunan diharapkan bisa dimulai bulan Maret 2016.
Deni berharap, setelah pembangunan pihak JESC memberikan bimbingan kepada tenaga pengelola Biodigester agar pengelolaan sampah bisa maksimal. "Sebenarnya tidak rumit, tapi tetap perlu bimbingan tenaga ahli selama 6 bulan," tandasnya.
PUTRA PRIMA PERDANA