4. Buang Celana Jins
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya mencari celana yang dibuang oleh asisten rumah tangga Jessica Kumala Wongso. Celana jins itu dipakai Jessica saat bertemu Mirna di Kafe Olivier. Celana itu diduga dapat menjadi bukti memgungkap kasus kemarian Mirna setelah meminum kopi Vietnam yang tercampur racun di kafe tersebut.
BACA: Kasus Mirna, Ayah Jessica Sebut Pembantunya Pulang Kampung
"Ada keterangan salah satu saksi yang mengatakan bahwa yang bersangkutan membuang celana (Jessica)," kata Krishna di kantornya, Rabu, 20 Januari 2016. Kemudian, penggeledahan sepekan lalu di rumah Jessica di daerah Sunter, Jakarta Utara. Namun penyidik tak menemukan celana itu. "Kami cari ke tempat sampah sampai ke pol sampah tidak ketemu sampai sekarang," ujarnya.
Pengacara Jessica, Yudi Wibowo Sukinto mengatakan, celana itu dibuang atas inisiatif pembantu Jessica. Menurut Yudi, pembantu Jessica itu juga sudah diperiksa oleh polisi. "Saya tidak tahu kenapa sekarang dicari (celananya), mungkin dikira ada sesuatu. Padahal memang besar robeknya di bagian bawah saat (Jessica) bopong Mirna mau dibawa ke rumah sakit."
BACA: Sebelum 'Diculik' Polisi,Pembantu Jesica Sempat Mau Berhenti
Perihal Celana yang dibuang, kepada anggota Komnas HAM, Siane Indriani, jessica menceritakan celana tersebut merupakan celana yang sudah lama ia miliki. Celana itu sobek saat ia menaiki mobil suami Mirna. "Mobilnya Pajero, agak tinggi, sampai membuat celananya sobek saat menaikinya," ujarnya. Celana sobek Tersebut di taruh di keranjang baju sepulangnya ia dari Rumah Sakit.
5. Misteri Air Mineral
Dalam prarekonstruksi yang digelar oleh kepolisian terungkap bahwa minuman yang datang pertama adalah kopi es Vietnam pesanan Mirna. Dua minuman lainnya, yakni fashioned sazerac untuk Hani dan cocktail untuk Jessica datang belakangan. Ketika disuruh minum kopi, Jessica mengaku memiliki penyakit mag tapi dia memesan cocktail yang mengandung alkohol.
BACA: Begini Cerita Polisi Menggeledah Rumah Jessica Wongso
Darmawan Salihin, ayah Mirna, merasa dibohongi oleh Jessica. Pasalnya, saat bertemu Jessica dan mendengar keterangan Jessica untuk pertama kali terkait kejadian 6 Januari lalu, Jessica mengaku hanya memesan air mineral. Namun ternyata Darmawan mendapati bukti ia memesan minuman coctail. "Dia bohong sama saya, dia bilang cuma pesan air putih, nyatanya dia pesan coctail," ujarnya.
Terkait hal tersebut, Komisaris Besar Krishna Murti mengatakan, pada berita acara pemeriksaan (BAP) milik Jessica, sejak awal ia mengakui memesan cocktail. Tetapi dalam BAP ayah Mirna, Darmawan mendapat keterangan Jessica memesan minuman air mineral. "Kalau dari BAP, bapaknya mendengar Jessica meminum air mineral. Kalau di BAP jessica dia minum cocktail. Sementara BAP saksi semua menyebutkan cocktail," ujar Krishna.
BACA: Polisi Siapkan Ekspos Kasus Mirna di Kejaksaan, Apa Artinya?
Yudi, pengacara Jessica Wongso, mengatakan bahwa saat dibawa ke Polda Metro Jaya, kliennya sempat ditunjukkan salah satu alat bukti yang dimiliki oleh polisi. “Bon kopi sama cocktail,” kata Wahyudi Wibowo saat dihubungi pada Minggu, 31 Januari 2016.
6. Depresi tapi Tenang
Ahli hipnoterapi, Kirdi Putra, berpendapat ketenangan Jessica saat memberi keterangan di media bertentangan dengan keluhannya saat menemui anggota Komnas HAM. “Dia mengaku depresi dan tertekan, namun sikapnya semakin tenang, jawabannya pun diulang terus menerus,” ujar Kirdi, yang sempat dimintai bantuan polisi dalam pemeriksaan saksi terkait kematian Mirna.
Kirdo mengatakan kesaksian Jessica terkesan monoton. “Saat pemeriksaan dia mengucapkan hal yang relative sama dengan yang sekarang dikatakannya di media,” kata dia. Menurut Kirdi, ketenangan Jessica itu wajar bila sikap itu memang adalah ‘baseline’, atau perilaku dasarnya saat menemui masalah besar. “Kalau itu memang ‘baseline’ dia, responsnya wajar,” kata Kirdi.
INFOGRAFIS: Kopi Beracun di Meja 54
Dari pengamatan Kirdi, tidak ada indikasi depresi atau keadaan tertekan yang terlihat pada Jessica. “Meski dia orang yang tenang sekalipun, depresi harusnya bisa terlihat dengan bahasa tubuh, gestur, postur, ekspresi wajah, dan intonasi suaranya,” kata Kirdi. Alhasil, Kirdi mengatakan bahwa pernyataan Jessica tak sinkron dengan sikapnya yang sangat tenang.
Kata Kirdi, kejanggalan ini tak lantas memberi kesan bahwa Jessica bersalah atau memiliki keterlibatam penting dalam kasus tersebut. “Tapi sekaligus memberi kesan bahwa belum tentu dia tidak bersalah,” kata dia. Kedatangan Jessica ke Komnas HAM, menurut Kirdi, lebih memperlihatkan reaksi Jessica terhadap pemberitaan yang muncul terkait tudibngan terhadap dirinya.
7. Tak Panik
Ahli hipnoterapi Dewi P. Faeni mengatakan ada yang mencurigakan pada perilaku Jessica Wongso, teman ngopi Wayan Mirna Salihin, yang tewas di Restoran Olivier. Meski dituduh sebagai pembunuh temannya, Jessica tampak tenang dan tak terusik. "Ia bahkan menikmati," katanya dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 30 Januari 2016.
BACA: Sebelum Jessica Ditangkap, Ayahnya Pamit kepada Ketua RT
Dewi mengatakan mata bisa menunjukkan orang sedang berbohong. Jadi, saat berdialog, kontak mata sangat penting. "Saat diwawancara, eye movement-nya sangat cepat," ujarnya. Artinya, ada kegelisahan yang besar. Dewi menjelaskan, saat mata melirik ke sudut kanan atas, itu menunjukkan ia sedang berbohong. Sedangkan jika melihat ke sudut kiri atas, ia sedang mengingat data.
Dewi tak melihat kegelisahan di mata Jessica. Ada kemungkinan Jessica mulai terbiasa dengan pertanyaan itu-itu saja. Dewi melihat Jessica mulai tidak konsisten dalam jawabannya saat mata Jessica tak setegas saat pertama kali diperiksa. "Mungkin sudah dilatih karena sudah tiga minggu. Jadi terbiasa," ucapnya. Ia mengatakan pemeriksaan ini biasanya akurat hingga 62 persen.
8. Tak Berempati
Psikiater Syailendra menilai ada dua kemungkinan dari sikap Jessica yang selalu tampak tenang di depan media. Pertama karena dia memang bukan pembunuh Mirna, kedua karena dia terbiasa membunuh. "Jessica butuh tes kejiwaan," kata dia. Ia mengatakan, tes kejiwaan sangat penting dilakukan untuk memastikan pelaku memiliki gangguan jiwa atau tidak. Sebab, kata dia, ini merupakan bentuk pemeriksaan komprehensif.
BACA: Pengacara Jessica: Tak Ada Istilah Lari Atau Menghindar
Syailendra tak bisa memastikan apakah Jessica seorang psikopat. Dalam menentukan dia psikopat atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan yang mendalam. "Tidak bisa berandai-andai melalui pengamatan," ucap dia. Meski demikian, ia bisa memastikan satu hal. Seorang psikopat memiliki sifat yang tak bertanggung jawab. Tidak memiliki empati, serta biasa melakukan kejahatan berulang-ulang.
Pakar hipnoterapi Dewi P Faeni mengatakan, saat orang kehilangan, seharusnya ia bersedih dan berempati. Sebagai teman dekat Mirna, ia tak melihat hal tersebut di mata Jessica. "Tapi saya tidak melihat adan empat dari orang ini (Jessica)," katanya.
YOHANES PASKALIS | INGE KLARA SAFITRI | ARKHELAUS W.
MAYA AYU PUSPITASARI | BC
BACA PULA
Diduga Aniaya Staf Ahlinya, Masinton Dilaporkan ke Polisi
Masinton Bantah Memukul Staf Ahlinya