TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, menyatakan telah menjual ginjalnya dengan harga Rp 75 juta untuk membayar utang keluarganya. Warga Bandung ini menyatakan tak punya lagi jalan keluar lain untuk menutupi utangnya.
Karena itu, ia nekat menjual ginjalnya kepada seseorang yang ia sebut sebagai Amang. "Utang saya cukup banyak, saya sudah mentok enggak bisa berpikir apa-apa lagi. Jadi saya jual ginjal saya," kata warga Bandung itu ketika ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 Januari 2016.
Penjual ginjal ini sehari-hari menjadi sopir angkutan kota. Ia menyatakan belum memberi tahu keluarganya perihal penjualan ginjal itu. Ia khawatir, jika keluarganya tahu, mereka akan terpukul. "Keluarga enggak tahu. Kalau sampai tahu, mereka pasti syok berat. Saya enggak mau mereka tahu," tuturnya.
Ia mengatakan, setelah menjalani operasi pengangkatan ginjal, kondisinya masih sehat seperti biasa. Hanya, kata dia, stamina tubuhnya menurun. Ia menjadi mudah lelah dan tidak sekuat sebelumnya ketika mengemudikan angkot.
Ia juga merasa lega karena menjual ginjal dan dapat uang Rp 75 juta itu. Kini ia tak lagi dibebani utang. "Dari uang itu, sebagian untuk membayar utang dan sisanya untuk kebutuhan sehari-hari," ucapnya.
Baca Juga:
Setelah bertransaksi ginjal, warga Bandung ini tak pernah bertemu lagi dengan pembelinya. Ia mengatakan mengenal pembelinya secara tidak sengaja. Mereka bertemu di jalan, di trayek angkot ia biasa mencari penumpang. Ia bertemu dengan pembeli pada Oktober 2015. Setelah bicara dan sepakat, pada Desember 2015, pembeli menjemputnya di Bandung untuk diajak ke sebuah rumah sakit di Jakarta. Ia dijemput di Bandung pada pukul 03.00 dinihari.
"Saya tidak tahu nama rumah sakitnya. Saya dijemput pakai mobil sewaan. Paginya, saya dioperasi. Selama perjalanan Bandung-Jakarta, saya tidur. Saya tahunya hanya di dalam kamar operasi dan kamar rawat rumah sakit," katanya.
Menurut warga Bandung itu, yang menjual ginjal bukan hanya dia. Ia tahu ada sejumlah orang lain yang menjual ginjalnya. Alasan mereka, kata dia, juga untuk melunasi utang yang mencekik leher.
DWI RENJANI