TEMPO.CO, Ambon - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan pendidikan antikorupsi tak akan masuk kurikulum yang ada. “Kita ini, kalau ada yang bagus, maunya masuk kurikulum, apa pun kalau bagus harus masuk kurikulum,” katanya saat ditemui di Ambon, Maluku, pada Jumat, 29 Januari 2016.
Ia menjelaskan, dalam pembelajaran, ada tiga jenis, yaitu intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan ko-kurikuler. Pendidikan antikorupsi dimasukkan ke pendidikan ko-kurikuler. “Kalau enggak begitu, kasihan anak-anak,” ujarnya.
Bagi Anies, dalam mendidik murid-murid agar memiliki sikap anti-korupsi, yang mesti dilakukan adalah membangun karakter murid dan kebiasaan. Sebab, menurut dia, pendidikan antikorupsi tak harus selalu dilakukan secara langsung.
Ia kemudian mencontohkan para pemain sepak bola yang, ketika berlatih, tidak selalu menggunakan gawang, layaknya pertandingan sepak bola. “Mereka kan kalau latihan itu lari secara zigzag, melompati tali-tali,” ucapnya.
Bagi Anies, yang paling penting adalah membiasakan murid-murid mengenal mana yang bukan miliknya dan mana yang miliknya. “Misalnya membiasakan diri, jika menemukan barang, dibuat semacam lost and found di sekolah,” tuturnya.
Menteri Anies berada di Provinsi Maluku dalam rangka membuka Festival Pendidikan Maluku, yang baru pertama kali diadakan. Selain membuka festival, Anies menjadi pembicara dalam seminar nasional yang masih masuk rangkaian acara festival itu.
DIKO OKTARA