TEMPO.CO, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan perwakilan tim arsitek internasional Zaha Hadid menggelar rapat perencanaan pembangunan gedung kesenian Jawa Barat yang bakal dibangun di daerah Cikutra, Kota Bandung.
Rapat perencanaan tersebut digelar di Bandung Command Centre, Balai Kota Bandung, Jalan Wastu, Jumat, 29 Januari 2016. "Kami memastikan bahwa desain dari Zaha Hadid akan dipakai untuk gedung kesenian," kata Deddy Mizwar saat ditemui seusai rapat.
Gedung Kesenian Jawa Barat tersebut rencananya akan berdiri di atas lahan seluas 4 hektare. Setengahnya, Deddy meminta agar berdiri gedung pertunjukan utama dengan kapasitas 1.200 orang, gedung-gedung kecil dengan kapasitas 400 orang, museum musik, galeri, dan basement parkir. Sedangkan 2 hektare sisanya dibuat ruang terbuka hijau dan area komersial.
"Kami membahas fungsi dari ruangan-ruangan. Ada berapa hektare yang memungkinkan dibangun gedung kesenian dan sarana pendukung lainnya," ujarnya.
Deddy memastikan di kompleks gedung kesenian Jawa Barat tersebut akan berdiri pula bangunan komersial seperti mal. Setengah keuntungan kawasan komersial tersebut akan digunakan untuk membiayai perawatan serta operasional gedung kesenian.
"Jadi mengikutsertakan pihak ketiga. Perawatan, operasional, dan pengembangannya dari lahan komersialnya. Bentuknya bisa mal, bisa hotel," ucapnya.
Deddy optimistis hasil karya Zaha Hadid akan menjadi karya monumental di Provinsi Jawa Barat. "Bentuk arsitekturnya memang harus unik, dan tepatlah memilih Zaha Hadid untuk sebuah gedung kesenian yang bukan setahun dua tahun, tapi harus monumental sepanjang masa," ucapnya.
Di tempat yang sama, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan desain gedung kesenian tersebut akan dibiayai oleh investor. Karena belum ada desain pasti, jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan gedung kesenian itu pun belum bisa dipastikan.
"Pemprov ini tidak membayar arsiteknya, ini yang harus digarisbawahi. Desain Zaha Hadid itu dibayarnya oleh pihak investor, dihibahkan hasil desainnya yang keren itu ke Pemprov Jawa Barat, jadi milik pemerintah," kata Ridwan Kamil.
Dalam rapat tersebut, pihak investor dan Pemprov Jawa Barat sempat kaget ketika mendengar bayaran terakhir Zaha Hadid dalam membangun sebuah gedung monumental mencapai 5.000 US$ atau sekitar Rp 65 juta per meter persegi. Meski demikian, Ridwan Kamil memastikan anggaran bisa ditekan dengan syarat fungsi tidak banyak, dan tingkat kerumitan dalam konstruksi bangunan juga diatur.
Ridwan Kamil menilai wajar jika bayaran Zaha Hadid selangit. Pasalnya, arsitek wanita keturunan Iran tersebut merupakan pemegang nobel arsitektur. "Proyeknya di seluruh dunia, kebanyakan gedung-gedung konser. Untuk proyek dia juga pilih-pilih. Makanya saya sampai sempat ke Inggris untuk meyakinkan supaya dia mau ke Bandung," tuturnya.
Rencananya, gedung konser dan kesenian tersebut akan mulai dibangun pada tahun 2017 mendatang. "Kita belum tahu berapa mahalnya karena belum tahu apakah bangunannya melengkung atau kotak, itu terlalu awal. Mungkin di meeting ketiga baru ketahuan. Sekarang belum bisa bilang berapa nilai proyek," ujarnya.
PUTRA PRIMA PERDANA