TEMPO.CO, Malang - Pasangan Suyitno dan Ngatemi meminta aparat kepolisian segera mengklarifikasi identitas terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror di Kelurahan Tampamia Radda, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin, 25 Januari 2016.
Polisi telah menangkap Yayan Joko Wahyudi alias Ardie alias Awie bersama Chandra, 32 tahun. Mereka disebut-sebut sebagai anak buah Santoso alias Abu Wardah, buronan teroris nomor satu di Indonesia. Yayan dan Chandra disangka sebagai pembantai dua anggota Kepolisian Resor Poso dengan cara dimutilasi di Taman Jeka pada 2011.
Kepala Kepolisian Resor Luwu Ajun Komisaris Besar Adex Yudiswan menyebut Yayan sebagai warga Dusun Gobet RT 07/RW 02, Desa Pondokagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Nama lengkap Yayan dan alamat tempat tinggal yang diumumkan polisi dibenarkan Suyitno, Kepala Urusan Pembangunan Desa Pondokagung, yang juga ayah kandung Yayan.
“Nama, usia, dan alamat Yayan yang ditangkap polisi di Luwu itu persis dengan identitas anak pertama saya. Tapi setelah kami perhatikan, foto wajah Yayan yang ditangkap itu sama sekali beda dengan Yayan anak kami yang di Kalimantan. Tadi malam kami masih berkomunikasi dengan dia,” kata Suyitno di rumahnya, Kamis siang, 28 Januari 2016.
Suyitno, 52 tahun, mengaku memiliki tiga anak dan Yayan merupakan anak pertama. Menurut dia, kemungkinan Yayan yang ditangkap Densus 88 di Kabupaten Luwu menyalahgunakan identitas putra pertamanya berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) yang hilang di Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, pada 2014.
Setelah kehilangan dompet berisi, antara lain KTP dan kartu ATM BRI, Suyitno menyuruh Yayan mengurus surat bukti kehilangan barang di Markas Kepolisian Palaran. Suyitno menguruskan pembuatan KTP yang baru di Malang.
“Jadi kami sangat mengharapkan ada klarifikasi dari Kepolisian soal identitas Yayan yang ditangkap di Luwu, bagaimana caranya ia punya identitas yang sama dengan Yayan anak kami,” kata Suyitno.
Suyitno mengajukan tiga alibi anaknya tak terlibat dalam aksi terorisme. Pertama, saat kejadian, Yayan sedang bekerja di Palaran. Ia bekerja sebagai teknisi sebuah perusahaan pertambangan.
Kedua, saat terjadi pembantaian dua polisi di Poso pada 2011, Yayan berada di Malang. Pria kelahiran 26 Juni 1991 ini menamatkan studi di SMK Dwija Bhakti, Jombang, pada 2008. Ia sempat menganggur cukup lama sampai akhirnya berangkat ke Kalimantan Timur pada akhir 2012 dan bekerja di sebuah perusahaan tambang batu bara di sana.
Ketiga, menurut Suyitno, setelah penangkapan dua terduga teroris di Kabupaten Luwu itu, suasana Desa Pondokagung pasti ramai didatangi banyak aparat keamanan.
“Kalau memang itu anak saya, sebelum ada penangkapan, pasti saya sudah ditanya-tanyai aparat keamanan, khususnya aparat intelijen. Tapi lihat sendiri, suasana desa kami tetap tenang,” kata Suyitno.
ABDI PURMONO