TEMPO.CO, Bandung - Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin, Bandung, ternyata kerap mendapat tawaran ginjal dari pendonor yang mengharapkan imbalan uang. Dalam sebulan rata-rata ada enam penawaran semacam itu. Selain lewat akun media sosial rumah sakit, pendonor ginjal ada yang datang langsung.
Humas RS Hasan Sadikin, Bandung, Nurul Wulandhani, mengatakan penawaran donor ginjal tersebut semuanya ditolak. “Karena harus sesuai aturan, yaitu donor ginjal harus untuk keluarganya sendiri,” katanya, Kamis, 28 Januari 2016. Kebanyakan orang mendonorkan ginjal karena ingin mendapatkan imbalan uang, sebagian mengaku terbelit utang.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Hasan Sadikin, Bandung, Rubin Surachno Gondodiputro, mengatakan pendonor ginjal ke pasien gagal ginjal memang harus keluarga batih atau inti. Di antaranya orang tua, kakak, adik, paman, bibi, atau saudara sepupu. Tujuannya untuk menghindari perdagangan organ tubuh manusia. “Kalau ketahuan bohong, operasi tidak dilakukan. Kami punya cara mengetahuinya,” kata Rubin.
Sejauh ini memang belum pernah ada kasus penipuan data seperti itu. RS Hasan Sadikin, kata Rubin, pernah melakukan operasi transplantasi ginjal sebanyak empat kali. Jumlahnya sedikit karena biaya operasi semacam ini mahal, berkisar Rp 400-500 juta. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan juga hanya menutup Rp 250 juta. “Terakhir 2014 lalu, kakak-adik,” ujar Rubin.
Tingkat keberhasilan operasi transplantasi ginjal yang sudah puluhan tahun, kata dokter spesialis penyakit dalam itu, mencapai 98 persen. Kegagalan rencana transplantasi bisa terjadi, misalnya berupa pendarahan saat operasi, penolakan oleh ginjal, dan pasien mengalami sakit ginjal lagi.
ANWAR SISWADI