TEMPO.CO, Sleman - Penanganan anggota eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Pemerintah Sleman punya cara. Yakni memilah mereka menjadi dua, mereka yang tidak punya keluarga dan mempunyai kemampuan bertani, bisa jadi akan diikutkan program transmigrasi.
Namun, jika latar belakang mereka dengan profesi lain seperti guru, dokter mau pun lainnya akan ditangani secara berbeda. "Yang penting dikembalikan ke keluarga dulu setelah karantina. Kami memilah dan menanganan berbeda setiap individu," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Sleman, Untoro Budiharjo, Kamis (28/1).
Pendataan secara akurat dilakukan setelah ratusan warga yang diduga ikut eksodus Gafatar ke Kalimantan tiba di Sleman, Jumat (29/1). Lain latar belakang, lain pula penanganannya. Namun, kata dia, pemerintah tidak mereka sengsara. Dengan syarat, mereka mau mengikuti program pemerintah. "Soal pekerjaan, kan bukan hanya masalah mereka saja. Masyarakat juga masih bayak yang belum punya pekerjaan. Kami akan berikan kail, bukan ikan," kata dia.
Hingga Kamis (28/1) siang, ada 9 orang eks Gafatar yang ada di Yout Center. Mereka tiba dari Jakarta setelah dipulangkan dari Kalimantan. Saat ini yang sudah ada di Youth Center adalah M. Hadi Suparyono asal Sinduharjo, Sleman, Eko Novianto, Dwiyanto Adi Nugroho dan Dwi Adiyanto asal Ngaglik, Sleman, serta Achmad Ahadi Subroto asal Kota Yogyakarta. "Mereka masuk Youth Center sekitar pukul 05.00," kata kepala Kesatuan Bangsa dan Politik DIY, Agung Supriyono.
Sebelumnya, ada empat orang eks Gafatar sudah tiba ti lokasi itu.Pasangan suami istri Amri Cahyono, 35 tahun dan Vita Yusni, 35 tahun. Selain mereka juga kedua anak Ahmad Saqila Muhtadi, 8 tahun dan Bunga Ayu Megaputri, 4 tahun. Mereka semua warga Kota Yogyakarta. MUH SYAIFULLAH