TEMPO.CO, Subang - Jenazah terduga teroris, Sunakim alias Afif, dimakamkan di tempat pemakaman umum Pajaratan di Dusun Kerajan, Desa Kalensari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu, 27 Januari 2016, sekitar pukul 20.00 WIB.
"Alhamdulillah, proses pemakaman berjalan lancar," kata ayah Sunakim, Jenab, saat ditemui di rumahnya, Kamis pagi, 28 Januari 2016. Jenab tampak masih menyimpan kesedihan.
Jenazah Sunakim, warga Desa Kalensari, Kecamatan Compreng, Subang, Jawa Barat, sudah dua pekan berada di Rumah Sakit Polri Sutanto, Kramat Jati, Jakarta. Terduga teroris yang terlibat dalam peledakan bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Jakarta, itu dimakamkan di lahan pemakaman yang becek setelah diguyur hujan lebat.
Kekhawatiran orang tuanya ihwal penolakan oleh sebagian warga seketika hilang ketika layon atau keranda jenazah tiba di lokasi permakaman. "Ternyata warga berbondong-bondong ikut membantu proses pemakaman, dari menggali hingga penguburan layon usai," ujarnya.
Ibunda Sunakim, yang biasa disapa Nyai, juga mengaku lega. "Kami sudah mengikhlaskan kepergiannya. Mudah-mudahan ia diterima di sisi-Nya," ucapnya. Meski begitu, Nyai mengaku tetap memiliki ganjalan terkait dengan aksi nekat anak sulungnya yang dikenal berperilaku sopan dan sangat baik terhadap orang tuanya itu. "Dia sangat rapi merahasiakan rencana pengeboman itu," tutur Nyai, dengan napas agak tertahan.
Seandainya Sunakim terbuka soal rencana jahatnya itu, ia dan keluarga pasti akan menghalanginya dan aksi siang jahanam di Sarinah tersebut tidak akan terjadi.
Jenab dan Nyai mengaku tidak mengetahui secara pasti apa pun yang dilakukan Sunakim. Setamat SMP, Sunakim hidup bersama kakeknya di Karawang. "Yang kami ketahui, selama dia hidup bersama di desa ini, dia adalah anak yang sangat baik," kata Nyai. Ia mengakui anaknya itu pendiam dan tertutup dalam soal-soal tertentu terhadap orang tuanya.
Sunakim terlibat dalam aksi pengeboman dan penembakan sadistis di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2016, sekitar pukul 10.40 WIB. Dalam peristiwa itu, delapan orang meninggal, termasuk Sunakim. Sunakim mengenakan celana jins biru dan kaus oblong biru, sepatu kets biru, dan topi biru bermerek Nike. Bak seorang koboi, ia menembak seorang polisi menggunakan sebuah pistol.
Sunakim juga mengancam akan menembak massa yang berkerumun di sekitarnya. Tapi aksinya berakhir setelah terjadi baku tembak dengan anggota kepolisian, yang mengakibatkan ia tewas.
NANANG SUTISNA
Begini Kamar Kos Teroris Thamrin Ada Ponsel dan... oleh tempovideochannel