TEMPO.CO, Makassar - Polisi menangkap dua pria yang diduga anggota jaringan teroris Poso. Dua pria itu adalah Chandra Jaya alias Fatahillah dan Ahwy alias Harun. Mereka dibekuk di Luwu, Sulawesi Selatan, seusai Magrib. "Sekarang mereka sudah diterbangkan ke Jakarta," kata Kepala Kepolisian Resor Luwu, Ajun Komisaris Besar Adex Yudiswan, Selasa, 26 Januari 2016.
Menurut Adex, saat disergap, kedua terduga teroris menunjukkan sikap berbeda. Chandra memilih pasrah saat polisi datang, sementara Ahwy memberikan perlawanan dengan tangan kosong. Tindakan Ahwy itu sia-sia karena jumlah polisi lebih banyak, sehingga polisi dengan mudah membekuk pria itu.
Chandra tercatat sebagai warga Sulawesi Selatan yang bermukim di Luwu, sedangkan Ahwy merupakan warga luar Sulawesi Selatan yang ingin berada di Luwu untuk bersembunyi dari kejaran polisi.
Ahwy ternyata buronan kasus pembantaian polisi di Desa Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Oktober 2012. Dia disinyalir terlibat dalam pembunuhan Brigadir Satu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman yang dikubur dalam satu liang. Kepolisian sudah lama mengejar Ahwy, tapi baru bisa menangkapnya kali ini di Luwu.
"A itu buron yang diduga kuat terlibat dalam pembunuhan dua polisi di Tamanjeka. Sedangkan C ditangkap karena memfasilitasi persembunyian," ucap Adex saat ditemui di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Saat diterbangkan ke Jakarta, dua terduga teroris itu dikawal ketat. Chandra dan Ahwy masing-masing mengenakan baju merah dan abu-abu serta memakai topi dan kacamata hitam.
Disinggung soal status Chandra yang disebut berkaitan dengan FPI, Adex mengaku tidak pernah menuduh organisasi masyarakat Islam itu. Mulanya, Chandra disebut-sebut sebagai Ketua FPI Belopa, yang belakangan dibantah pihak FPI Sulawesi Selatan. Adex menyatakan keterkaitan itu mungkin muncul dari kesimpulan masyarakat yang melihat rekam jejak Chandra yang mengatasnamakan organisasi itu.
Selain itu, Adex menuturkan pihaknya telah menyerahkan semua barang bukti yang ditemukan di kediaman terduga teroris itu. Di antaranya telepon seluler, pakaian, beberapa dokumen, buku, dan sebuah bendera bertuliskan kalimat tauhid. Pasca-penangkapan keduanya, kepolisian semakin meningkatkan pengawasan di setiap daerah guna mengantisipasi masih adanya jaringan teroris yang bersembunyi.
TRI YARI KURNIAWAN