TEMPO.CO, Malang - Bekas tumpahan minyak mentah telah mencemari pantai selatan Kabupaten Malang. Namun belum diketahui dari mana asal tumpahan minyak tersebut.
Dugaan minyak tumpah itu disampaikan Koordinator Search and Rescue (SAR) Mahameru Andi Susetiyo berdasarkan laporan nelayan yang habis pulang melaut. “Mereka menemukannya di pinggir laut dan setelah diamati, cairan itu lebih mirip bekas minyak tumpah,” kata Andi, Selasa, 26 Februari 2016.
Berdasarkan keterangan nelayan, cairan minyak mentah ditemukan dari Pantai Tamban sampai Pantai Sendangbiru di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjingwetan, sepanjang sekitar 10 kilometer. Temuan minyak tumpah sudah dilaporkan instansi terkait dan langsung direspons cepat sehingga ketebalan minyak tumpah itu berkurang. Untuk menelitinya, diperlukan keterlibatan tim ahli.
Kepala Satuan Polisi Air dan Udara Malang Ajun Komisaris Nyoto membenarkan adanya tumpahan minyak mentah di sepanjang garis pantai di Kecamatan Sumbermanjingwetan. Ia menyatakan mustahil bila minyak mentah itu berasal dari mesin kapal nelayan yang pecah.
Untungnya, tumpahan minyak mentah tidak sampai mencemari permukaan laut. Selain itu, tidak ditemukan gejala kematian biota laut, seperti ikan dan udang.
Menurut Nyoto, sepanjang pantai itu bukan akses lalu lintas kapal pengangkut bahan bakar minyak atau kapal transportasi massal. Sedangkan antara 75 sampai 80 mil dari garis pantai biasanya dipakai sebagai akses pengangkutan bahan tambang berupa pasir besi dan batu bara. Namun, di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, kapal-kapal tersebut dilarang melintasi alur lalu lintas laut itu.
“Harus ada tim ahli untuk menelitinya. Kami siap bekerja sama dengan instansi terkait, terutama dengan Pertamina, Dinas Perikanan dan Kelautan, serta TNI Angkatan Laut. Kami sedang melacak dari mana minyak tumpah itu berasal,” kata Nyoto.
ABDI PURMONO