TEMPO.CO, Watampone - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) melanda sejumlah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Bone, Luwu Utara dan Gowa. Seorang anak berusia 11 tahun, Muhammad Rifki, Senin, 25 Januari 2016, meninggal dunia setelah tiga hari dirawat di RSUD Tenriawaru, Watampone. “Saya bawa ke rumah sakit ini agar mendapat penanganan yang lebih baik, ternyata anakku meninggal dunia,” kata ibunda Rifki, Maryam, sembari menangisi anaknya, Senin, 25 Januari 2016.
Warga Desa Uloe, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, itu akan menjelaskan Rifki dibawa ke RSUD Tenriawaru setelah tak kunjung sembuh dirawat di rumah dan Puskesmas Dua Boccoe. Ia merasa kecewa, sehingga membawa pulang dua anaknya yang juga dirawat di rumah sakit itu karena DBD. “Saya rawat di rumah saja dengen menyewa perawat,” ujar Maryam.
Berdasarkan pantauan Tempo, ruang rawat anak di lantai 1 dan 2 RSUD Tenriawaru dipenuhi pasien DBD. Bahkan delapan anak dirawat di koridor karena kekurangan kamar dan tempat tidur. Tujuh tempat tidur di bangsal semuanya terisi pasien. Demikian pula di dua kamar yang masing-masing berisi dua tempat tidur. “Saya berharap bisa segera dapat kamar, di sini bising,” ucap keluarga Andi Mardani, 14 tahun, yang tergolek di tempat tidur lusuh di koridor. Seperti pasien lainnya, Mardani sudah seminggu menunggu bisa dirawat di kamar.
Kepala Bagian Humas RSUD Tenriawaru, Ramli, mengatakan ruang rawat anak memang terbatas. Sedangkan yang harus dirawat lebih dari 30 orang pasien. Bahkan jumlahnya terus bertambah. “Kami minta keluarga pasien, terutama yang dirawat di koridor bersabar,” ucapnya.
Ihwal kematian Rifki, menurut Ramli karena kondisinya sudah parah saat dibawa ke rumah sakit. Trombositnya drop, hanya sekitar 60 ribuan. Dokter dan perawat sudah berupaya maksimal menyelamatkannya. “Sangat kecil harapan untuk dia bertahan,” tuturnya.
Pasien DBD di RSUD Andi Djemma, Masamba, Kabupaten Luwu Utara, juga terus bertambah. Hampir seluruh ruang terdapat pasien DBD. Mulai dari Bangsal hingga ruang VIP. “Mulai dari anak-anak hinga orang dewasa,” kata Direktur RSUD Andi Djemma, Marhani Katma, sembari menyebutkan jumlah pasien DBD saat ini 20 orang. “Yang masuk untuk dirawat dan yang pulang, silih berganti.”
Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara, Sukri Mustamin, mengatakan pihaknya menerima laporan ihwal jumlah penderita DBD yang terus bertambah. Itu sebabnya ia mengimbau warga memperhatikan kebersihan lingkungan. “Untuk sementara yang dapat kami lakukan adalah fogging,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Hasanuddin, menjelaskan sekitar ratusan orang warga Kecamatan Bajeng diserang DBD. "Lima puluh persen di antaranya sedang dirawat intensif di rumah sakit," ucapnya, sembari mengatakan sebulan sebelumnya hanya 40 orang.
Pasien dirawat di sejumlah rumah sakit, seperti RSUD Syekh Yusuf dan Rumah Sakit Thalia Irham. Berbagai langkah dilakukan agar wabah DBD tidak meluas, seperti fogging dan membagi-bagikan bubuk abate. “Pemerintah harus bergerak cepat, kami tidak mau penderita DBD di kampung kami bertambah,” kata Salah seorang warga Dusun Mattiro Baji, Daeng Sanga.
ANDI ILHAM | HASWADI | AWANG DARMAWAN