TEMPO.CO, Jakarta - Kecaman terhadap Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir sejak akhir pekan lalu memunculkan cerita menarik.
Guru Besar di bidang Behavioral Accounting dan Management Accounting Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro itu mengaku kesungkanan yang membuat dia menuai kritik tajam. “Pemberitaan jadi keliru, melenceng dari yang saya maksudkan,” katanya kepada Tempo pada Ahad, 24 Januari 2016, di rumah dinasnya, Kompleks Menteri, Jalan Widyan Chandra IV Nomor 21, Jakarta Selatan.
Baca: Dikecam Soal Kritik LGBT, Menteri Nasir Membela Diri
Nasir menceritakan, yang menjadi persoalan adalah dia dianggap melarang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di kampus perguruan tinggi. Anggapan itu muncul setelah pemberitaan di sejumlah media massa pada Sabtu, 23 Januari 2016, menyebutkan Nasir melarang LGBT beraktivitas di kampus.
“Memang saya cuma menyebut aktivitas. Tapi, maksudnya adalah aktivitas seks seperti making love atau menunjukkan kemesraan di kampus,” ujarnya. Itu sebabnya, dia menyatakan pula bahwa aktivitas seksual di kampus merusak moral.
Nasir mengakui, dia sungkan menyebut kata “seks" atau "seksual" dalam penjelasannya. Apalagi, menyebutkan contoh-contoh tindakan yang terlarang itu. “Saya mengira hadirin dan wartawan tahu maksud saya,” kata Nasir. “Juga tak ada yang tanya, aktivitas apa?”
Baca: Menteri Nasir Anggap LGBT Rusak Moral, Netizen Buat Petisi
Namun, bukankah aktivitas seksual di kampus dilarang untuk siapapun tak hanya LGBT? Nasir membenarkan bahwa kesusilaan memang harus dijaga di kampus. Tapi, “Waktu itu konteks pembicaraannya tentang LGBT,” tutur Nasir yang batal menjadi Rektor Undip karena dilantik menjadi menteri pada Oktober 2014.
Sejak akhir pekan lalu, pernyataan Menteri Nasir soal LGBT di kampus menjadi sorotan publik, terutama di media sosial. Ketika meresmikan kampus baru Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) pada Sabtu, 23 Januari 2016, Menteri Nasir berkomentar soal merebaknya komunitas LGBT di sejumlah kampus, di antaranya Universitas Indonesia, juga adanya pendampingan terhadap mahasiswa LGBT yang mengalami masalah pendidikan dan sosial.
Baca: Mahasiswa Beri Konseling LGBT, Begini Respons UI
Pernyataan itu juga disampaikan pada hari yang sama di Salatiga. Sejumlah media menulis bahwa Nasir mengatakan, kelompok LGBT bisa merusak moral bangsa. Dia pun melarang LGBT masuk kampus karena merupakan tempat nilai-nilai kesusilaan bangsa. “Masak, kampus untuk gitu? Ada standar nilai dan susila yang harus dijaga,” ucapnya.
Kontan, Nasir dihantam kritik dan kecaman dari berbagai kalangan. Dari pemerhati sosial, akademisi, hingga aktifis pembela hak-hak LGBT. Mereka lantas membuat petisi untuk menuntut Nasir menarik pernyataannya.
Jobpie Sugiharto