TEMPO.CO, Jakarta - Larangan perjalanan di New York City telah berakhir. Sebagian warga Amerika Serikat bagian timur mulai keluar rumah untuk mengeruk sisa badai salju besar pada akhir pekan lalu.
Wali Kota Bill de Blasio mencatat, New York, yang merupakan kota terpadat di Amerika Serikat, telah mengalami hujan salju terbesar kedua. Salju di sana mencapai setinggi tiga kaki (91 sentimeter) atau lebih. Sebanyak 14 orang tewas dalam insiden badai salju sejak Jumat lalu.
Sebuah media di New Jersey mengatakan seorang ibu dan anaknya meninggal karena keracunan karbon monoksida pada Sabtu malam lalu. Polisi mengatakan karbon monoksida itu dihasilkan oleh knalpot mobil mereka yang ditutupi salju, sehingga ibu dari putri berusia 3 tahun tersebut kondisinya sangat kritis.
Badai yang disebut Snowmageddon dan Snowzilla ini mulai melemah dan menuju Samudra Atlantik. Badai salju ini telah berdampak pada sekitar 85 juta orang serta mengurung 300 ribu orang dalam satu titik. Badai salju terparah tercatat di Glengary, Virginia Barat, yang memiliki ketebalan salju setinggi 42 inci atau 107 cm.
Di Washington, DC, beberapa kawasan tetap tutup dan perjalanan udara di kawasan ini disinyalir semakin memburuk. Sebanyak 7.000 penerbangan dibatalkan akhir pekan ini. Gangguan akibat salju ini diperkirakan masih terjadi hingga beberapa hari. Setidaknya 615 penerbangan telah dibatalkan untuk Senin ini, 25 Januari 2016.
REUTERS | LARISSA HUDA