TEMPO.CO, Gunungkidul - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Gunungkidul menemukan perubahan serangan hama pertanian, menyusul makin tingginya curah hujan pada akhir Januari ini. "Temuannya bukan lagi wereng, melainkan kebanyakan bakteri dan jamur," ujar Kepala Bidang Bina Produksi DTPH Gunungkidul Raharjo, Minggu, 24 Januari 2016.
Serangan bakteri blast atau dikenal sebagai penyakit kresek saat ini paling mengancam. Blast adalah serangan paling merugikan karena susah terdeteksi dan menyerang padi pada masa siap panen. "Padi yang siap panen, saat dicek, ternyata bulirnya kosong. Ini lebih sulit diatasi daripada jamur yang menyerang padi saat masa pertumbuhan," katanya.
Meski serangan bakteri dan jamur itu mulai marak, pemerintah memperkirakan panen masa tanam pertama Februari tidak banyak meleset. Atau masih di bawah angka 1 persen dari luas tanam 48 ribu hektare yang ditanam petani. "Kami pastikan 1 hektare masih bisa panen 5 ton. Ini sesuai dengan target tahun ini, yakni 292 ribu ton untuk lahan seluas 57 ribu hektare. Wilayah yang dominan terserang adalah Gunungkidul.”
Target panen tahun ini, kata Raharjo, diantisipasi tak lebih buruk dibanding tahun lalu, yang mencapai 291 ribu ton untuk lahan dengan luas yang sama, meski dampak El Nino diperkirakan baru akan berakhir pada akhir Februari. "Terlebih tahun ini, pemerintah pusat kembali memberi bantuan peralatan lebih banyak dibanding tahun lalu," ucapnya.
Pemerintah pusat tahun ini menyalurkan 15 mesin perontok dan pemanen bagi petani Gunungkidul, dengan perkiraan biaya Rp 3 miliar. Jumlah bantuan tahun ini dua kali lipat lebih dibanding tahun lalu, yakni 6 unit mesin.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Gunungkidul Hidayat mengatakan ancaman gangguan musim tak sampai mendesaknya mengajukan operasi pasar akibat kosongnya stok daerah. "Awal tahun ini seperti tahun lalu. Kami tak mengajukan operasi beras karena panen masa tanam pertama kemungkinan besar lancar," ujarnya.
Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Gunungkidul Supriyadi mengatakan, sejak awal tahun ini, fluktuasi harga komoditas pangan, seperti daging dan sayur, tak mempengaruhi sedikit pun harga beras. "Untuk beras pasokan petani lokal, tak ada kendala, dari wilayah Jawa Tengah juga stabil," katanya.
PRIBADI WICAKSONO