TEMPO.CO, Pontianak – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengimbau warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk tidak takut kembali ke daerah asal, karena penolakan warga setempat. “Justru keluarga sangat menantikan mereka kembali. Berkumpul kembali dengan keluarga di daerah asal,” katanya, Jumat, 22 Januari 2016.
Dia mengatakan banyak keluarga yang menanti di daerah masing-masing. Dia yakin penolakan seperti yang dikhawatirkan tidak akan terjadi. “Melalui Dinas Sosial setempat juga disiapkan rapid assesment selama lima hari. Ada tim trauma healing dan trauma conseling, serta MUI,” tuturnya. Daerah asal juga menyiapkan pembinaan wawasan kenegaraan kepada warga eks Gafatar yang dikembalikan dari tempatnya berhijrah.
Khofifah meninjau kamp penampungan warga eks Gafatar di Kompi B 643 Kodim Pontianak dan Bekangdam XII Tanjungpura. Warga eks Gafatar hingga Jumat pagi hari masih menyatakan menolak untuk dipulangkan ke daerah masing-masing. Mereka menuliskan ungkapan penolakan dari kertas kardus bekas kotak air mineral.
Baca juga: Anak Hilang Ikut Gafatar, Ibu Minta Perekrut Ditangkap
Khusus untuk kebutuhan logistik di kapal, dan selama berada di penampungan dan bertolak ke daerah asal masing-masing, Kementerian Sosial akan memberikan bantuan jaminan hidup (jadup) bagi eks anggota Gafatar selama 30 hari. Jaminan hidup itu diberikan selama 30 hari, per hari Rp 10 ribu jadi per jiwa Rp 300 ribu. "Insya Allah akan diberikan di kapal," kata Khofifah. Maksimal jaminan hidup tersebut diberikan maksimal selama 90 hari untuk membantu pengungsi.
Saat ini sudah didistribusikan 30 ton beras dari cadangan beras pemerintah ke lokasi penampungan eks Gafatar karena stok Bulog setempat sudah menipis. Menurut Mensos, penyaluran logistik tersebut tergantung pada kebutuhan karena dalam penanganan mantan anggota Gafatar digunakan standar kategori bencana nasional.
ASEANTY PAHLEVI