TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Timur Handoko Teguh Wibowo menyangkal membantu Lapindo Brantas mendapatkan izin dari pemerintah daerah untuk mengebor sumur baru di Tanggulangin, Sidoarjo. Dia memberi klarifikasi atas penyebutan adanya surat dari IAGI yang dilampirkan dalam surat Lapindo ihwal update geologi Lapangan Tanggulangin.
Surat itu, yang di antaranya, dipakai sebagai acuan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk menerbitkan izinnya pada Oktober 2015. Namun IAGI Pusat telah menegaskan tak pernah mengirim anggotanya ke Sidoarjo untuk kepentingan Lapindo tersebut. Adapun Handoko pada Rabu, 13 Januari 2016, memberi keterangan bareng Lapindo dan memberikan jaminannya bahwa rencana pengeboran sumur baru relatif aman.
“Saya hanya pernah presentasi di depan pemkab dan BLH Sidoarjo pada pertengahan 2015. Kaitannya memang dengan update terakhir,” kata Handoko saat dihubungi, Kamis, 21 Januari 2016.
Meski tak pernah diminta secara khusus oleh Lapindo, Handoko tak menampik kemungkinan apabila perusahaan yang dikuasai Aburizal Bakrie itu menggunakan hasil penelitiannya. Dia mengklaim, penelitiannya selama tujuh tahun di kawasan Lumpur Lapindo sejak 2007 sudah dimuat di lima jurnal internasional dan tiga skala nasional.
“Saya kira pihak Lapindo sah-sah saja menggunakannya, karena beberapa sudah dipublikasikan dan tervalidasi. Bukan hanya Lapindo, pemerintah juga boleh,” katanya.
Nugroho menunjuk penelitiannya yang tentang mikrozonasi di kawasan kolam lumpur menggunakan GPS geodetic yang dilakukannya sebagai dosen di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). “Bisa dipakai untuk menentukan zona aman, apakah jauh dari efek atau deformasi lumpur,” katanya yang juga bahwa menyebut dia alumnus jurusan geologi dan geofisika Oregon State University, Amerika Serikat, itu.
Sebelumnya, Ketua IAGI Pusat Sukmandaru Prihatmoko menegaskan tak pernah diminta BLH Sidoarjo untuk mengirimkan anggotanya mewakili tim evaluasi UKL-UPL pengeboran tiga sumur baru Lapindo. “Tapi kami tak tahu lagi kalau kebetulan ada anggota IAGI. Tapi itu mewakili institusi atau dirinya sendiri.”
ARTIKA RACHMI FARMITA