TEMPO.CO, Surakarta - Penulis dan penyunting buku Anak Islam Suka Membaca mengaku siap untuk merevisi bukunya yang diprotes oleh sejumlah kalangan. Buku untuk anak usia 3-5 tahun itu dituding memuat ajaran radikal.
Penyunting buku, Ayip Safrudin mengatakan sangat berterima kasih atas masukan terhadap buku itu. "Selanjutnya masukan serta saran itu akan kami jadikan bahan untuk melakukan revisi," katanya Kamis 21 Januari 2016.
Menurutnya, pilihan kata serta kalimat dalam buku itu tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak didik terhadap pemahaman radikalisme. "Kecuali kalau memang sengaja dikait-kaitkan melalui penafsiran yang berbeda," katanya.
Dia mencontohkan, salah satu yang diprotes dalam buku tersebut adalah kata-kata 'selesai-raih-bantai-kiai'. "Padahal tiap-tiap kata berdiri sendiri, bukan merupakan kalimat," katanya. Dalam bagian itu, penulis tengah memberi pelajaran mengenai monoftong dan huruf vokal a-i yang berdiri sendiri.
Baca juga: NU Minta Buku Pelajaran Agama Radikal Ditarik
Toh dia mengatakan, bahwa penulis siap merevisi. "Misalnya kata bantai diubah menjadi santai," katanya. Menurut Ayip, kata-kata yang dipilih dalam buku itu sudah sesuai dengan usia pembacanya. Sebab, penulisnya, Nurani Mustain merupakan sarjana psikologi. "Semua sudah disesuaikan," katanya.
Dia juga meminta agar guru yang menggunakan buku itu memberi penjelasan dengan baik mengenai kata dan kalimat yang digunakan untuk belajar membaca di buku itu. "Kami juga selalu mengajarkan bahwa terorisme merupakan perkara munkar yang tidak dibenarkan oleh agama," katanya.
Buku Anak Islam Suka Membaca dicetak pertama kali pada 1999. Hingga saat ini buku itu sudah dicetak ulang hingga 167 kali. "Selama ini tidak pernah ada masalah," katanya.
Baca juga:
Kemendikbud Akan Tarik Buku TK yang Ajarkan Radikalisme di Depok
Buku yang dituding mengandung paham radikalisme itu ditemukan oleh Gerakan Pemuda Ansor. Wakil Ketua Umum GP Ansor Benny Ramdhani mengaku memperoleh informasi dan laporan dari salah satu orang tua murid TK tersebut.
Dalam buku itu ditemukan berbagai kata, seperti bazooka, sabotase, dan bom. Selain itu, terdapat juga kalimat yang dianggap tak layak bagi anak TK, semacam "sahid di medan jihad", "rela mati bela agama", dan "bila agama kita dihina kita tiada rela".
AHMAD RAFIQ