TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menemukan anggotanya di kepolisian telah bergabung dengan jaringan radikal yang ada di Indonesia. “Ada juga polisi yang terkena aliran radikal,” ujar Badrodin saat menghadiri bedah buku milik mantan Kapolri era Orde Baru, Jenderal Purnawirawan Amaloedin Djamin, di Jakarta, Rabu, 20 Januari 2016.
Badrodin mengatakan ajaran radikal telah meluas dan kian masif di tengah-tengah masyarakat. Bahkan saat ini ajaran ideologi radikal telah meluas hingga membuat salah satu anggota polisi ikut terpengaruh. Sayangnya Badrodin tidak merinci identitas anggotanya tersebut.
Dugaannya, anggota kepolisian yang bergabung dengan kelompok radikal itu adalah Brigadir Syahputra. Dia adalah anggota kepolisian yang bertugas di Kepolisian Resor Batanghari. Syahputra mendadak mengundurkan diri pada Februari tahun lalu. Diduga ia pergi ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Selain polisi, Badrodin juga menemukan Direktur BP Batam Dwi Djoko Wiwoho mendadak meninggalkan jabatannya, dan beserta keluarganya pergi ke Suriah. Badrodin menduga pria tersebut telah bergabung dengan kelompok ISIS.
Terbaru, Badrodin menemukan seorang remaja berusia 14 tahun ditengarai juga bergabung dengan kelompok radikal. Dari penuturannya, remaja tersebut telah bisa berkomunikasi dengan sejumlah gembong teroris di Indonesia. Diduga ia telah dicuci otak oleh kelompok teroris.
Pasalnya, remaja yang belum diketahui identitasnya tersebut telah melawan orang tuanya. “Sekarang kita tidak bisa hanya dengan mengandalkan polisi. Bisa saja seseorang yang berada di kamar telah gabung dengan kelompok radikal dan merakit bom,” katanya.
Saat ini, mengidentifikasi teroris tidak mungkin dengan cara visual. Misalnya dari jenggot panjang, celana tinggi, dan memakai kopiah. Dia mencontohkan, teroris Afif alias Sunakim yang sekilas terlihat sama seperti warga lain. Dia mengenakan celana jins, kaus, topi, dan ransel biasa.
“Karena itu, kita harus bersatu padu untuk memberantas terorisme bersama,” ujarnya. Menurut Badrodin, mayarakat harus berperan untuk menggalakkan kesadaran akan bahaya aliran radikal. “Kita harus lawan dengan cara deradikalisasi.”
AVIT HIDAYAT