TEMPO.CO, Tegal – Mantan pemimpin Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Yudhistira, mengatakan salah satu agenda kerja organisasi tersebut adalah mengajak anggotanya pergi ke Kalimantan. Tidak asal pergi, tapi dalam rangka program yang mereka sebut sebagai program kedaulatan dan ketahanan pangan.
Karena itu, menurut mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gafatar Daerah Istimewa Yogyakarta itu, orang-orang yang beberapa waktu lalu dilaporkan hilang sebenarnya sedang mengikuti program tersebut. “Mereka yang tertarik ya yang berangkat kemarin itu, bukan hilang, karena mereka pergi atas kesadaran sendiri," ucap Yudhistira kepada Tempo pekan lalu.
Dia berujar, dalam program kedaulatan pangan itu, Gafatar menawarkan lahan seluas 5.000 hektare di Kalimantan untuk digarap para anggotanya. Sebagian lahan diperoleh organisasi itu dari membeli, sedangkan sisanya diberi secara sukarela oleh tetua adat. "Warga lokal berpikir lebih baik lahan dipakai untuk pertanian ketimbang untuk lahan sawit yang justru merusak lingkungan," tuturnya.
Dia juga sudah mengingatkan kepada anggota yang hendak berangkat ke Kalimantan untuk memberitahukan atau pamit kepada sanak saudaranya. Namun alasan yang dikemukakan para anggota berbeda-beda dan tidak seorang pun yang mengaku akan bertani. Menurut dia, banyak yang tidak percaya dan heran apabila dijelaskan alasan yang sebenarnya, yakni untuk bertani. Misalnya, seorang advokat seperti dia yang berniat menjadi petani sudah pasti akan menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang.
Yudhistira tidak menampik sebagian anggota Gafatar adalah bekas anggota Al Qiyadah Al Islamiyah, organisasi yang dibubarkan pada 2007 karena dianggap sesat. Pada 2011, Mahftul Muiz Tumanurung, pendiri Gafatar, mengumpulkan sebagian mantan anggota Al Qiyadah untuk diajak bergabung.
Dalam perjalanannya, Gafatar memiliki sekitar 20 ribu anggota yang tersebar di 34 provinsi dan berasal dari berbagai latar belakang agama, profesi, dan organisasi. "Gafatar juga tidak pernah ikut campur urusan keyakinan Anggotanya. Mau dia salat atau tidak itu privasi masing-masing," katanya.
Mantan pengurus DPD Gafatar Jawa Tengah, Adi, menyebutkan pendanaan Gafatar berasal dari iuran para anggota. Setiap bulan, ada iuran sukarela yang jumlahnya tidak mengikat, mulai Rp 5.000 hingga Rp 10 juta. "Yang penting ikhlas.”
SWITZY SABANDAR