TEMPO.CO, Pontianak - Wali Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Awang Ishak menyerukan jangan ada warga yang bertindak anarkistis dalam menyikapi keberadaan anggota Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar. Pernyataan itu merespons makin santernya penolakan warga terhadap kelompok Gafatar, Rabu, 20 Januari 2016.
"Jangan anarkistis. Serahkan semua kepada instansi terkait dan kepolisian guna menangani masalah itu," katanya di Singkawang, kemarin.
Sebelumnya, Senin malam, 18 Januari 2016, satu unit mobil jenis Avanza, yang diduga milik salah seorang eks anggota Gafatar, dibakar di halaman Kantor Bupati Mempawah. Mobil tersebut diduga milik mantan anggota Gafatar yang tengah bernegosiasi dengan pemerintah daerah setempat seiring dengan ultimatum warga yang menolak mereka untuk tinggal di wilayah itu.
Bupati Mempawah Ria Norsan sempat meminta massa untuk membubarkan diri. "Sejumlah perwakilan eks Gafatar tersebut meminta waktu untuk mendiskusikan tuntutan massa dengan kelompok dan keluarga mereka," ujar Ria Norsan di Mempawah. Namun massa enggan membubarkan diri dan meminta supaya para mantan anggota Gafatar itu segera meninggalkan Mempawah.
Tidak hanya itu, warga juga membakar sembilan rumah yang menjadi tempat tinggal mantan anggota Gafatar di Mempawah. "Betul, sembilan rumah,” kata ketua Gafatar Mahful Tumanurung melalui pesan pendek, Selasa malam, 19 Januari 2016. Kini para mantan anggota Gafatar kebingungan karena tidak punya tempat tinggal.
Joko, 48 tahun, Koordinator Kelompok eks Gafatar di Desa Sedahan, Kabupaten Kayong Utara, mengaku bingung mau tinggal di mana. "Kami menyerahkan keputusan kepada pemerintah. Kami tidak tahu mau pindah ke mana lagi karena sudah tidak punya apa-apa lagi," katanya.
Menurut Joko, dirinya pindah dari Lampung lantaran ingin mengembangkan pertanian dari lahan yang ada di Kabupaten Kayong Utara. Modal yang diperolehnya dari menjual lahan dan harta benda miliknya sudah digunakan untuk pindah dan bercocok tanam di Desa Sedahan.
ANTARA/REZKI ALVIONITASARI