TEMPO.CO, Makassar - Operasi Tinombala untuk menumpas teroris belum berhasil menangkap bos teroris di Poso yakni Santoso alias Abu Wardah. Pemerintah dan kepolisian berdalih menemui beberapa kendala. Pertama, sulit dan luasnya medan pencarian yang meliputi daerah pegunungan. Kelompok teroris itu pun terus melakukan perlawanan dengan teknik semacam gerilya.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Sudarto, mengatakan luas dan rimbunnya hutan di areal pegunungan menyulitkan aparat keamanan untuk memburu kelompok militan tersebut. "Luasnya wilayah hutan menjadi kendala dan daerahnya memang cukup sulit. Tapi, aparat keamanan tentunya tidak akan menyerah," kata Sudarto, di Markas Komando Daerah Militer VII/Wirabuana, Selasa, 19 Januari 2016.
Kendala kedua, Sudarto mengatakan kelompok teroris Poso masih mendapatkan bantuan dari masyarakat setempat. Hal itulah yang membuat gerakan mereka terus hidup dan mampu bertahan di dalam hutan. Kendala ketiga, menurutnya yakni masih adanya pasokan senjata dari luar daerah maupun luar negeri yang mesti diantisipasi aparat keamanan. "Kami mengharapkan Santoso segera ditangkap," ujarnya.
Sudarto menambahkan kelompok Santoso di Poso sebenarnya sudah tidak terlalu banyak. "Paling 20-30 orang," ucapnya. Dengan operasi Tinombala yang terus dilancarkan, pemerintah mengharapkan Santoso dan semua anak buahnya segera ditangkap. Disinggung adanya satu orang yang tewas dalam baku tembak antara aparat keamanan dengan kelompok teroris di Poso, Sudarto memastikan bukan Santoso.
"Infonya sudah diidentifikasi, tapi saya belum terima laporan dari polisi. Yang pasti bukan Santoso, tapi anak buahnya," tutur dia. Kendati Poso diidentikkan sebagai basis kelompok teroris, Sudarto mengatakan situasi dan kamtibmas di wilayahnya tidaklah begitu mencekam. Ia mengklaim pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah cukup tinggi.
Kepala Biro Operasional Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Komisaris Besar Herry Nahak, mengakui adanya tiga kendala perburuan Santoso. Khusus medan diakuinya menjadi hambatan, tapi tidak membuat pihaknya menyerah. Adapun, untuk suplai logistik dari masyarakat ke kelompok teroris, pihaknya terus mengimbau masyarakat untuk menghentikan bantuan. Namun, terkadang masyarakat setempat takut karena diintimidasi kelompok teroris.
Herry menambahkan untuk permasalahan pasokan senjata dari luar daerah maupun luar negeri, pihaknya mengklaim sudah berulangkali mengungkapnya. Namun, jaringan kelompok teroris itu terus berusaha dengan pelbagai cara. Herry mensinyalir jaringan kelompok teroris itu mendapat pasokan senjata melalui jalur laut memanfaatkan perahu-perahu kecil. "Jalurnya melalui Manado," tuturnya.
Dalam Operasi Tinombala sejak 10 Januari, satu teroris tewas saat baku tembak antara aparat keamanan dengan kelompok teroris yang dipimpin Santoso di Pegunungan Tineba, Jumat, 15 Januari 2016. Namun, identitasnya belum dirilis oleh kepolisian. Koorps Bhayangkara belum memastikan, apakah orang itu Santoso alias Abu Wardah atau bukan. Santoso selama ini disebut-sebut sebagai pemimpin Mujahidin Indonesia Timur, kelompok teroris di Indonesia bagian timur.
TRI YARI KURNIAWAN