TEMPO.CO, Blitar - Banjir bandang merendam ratusan rumah di tiga desa di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, sejak Selasa dinihari, 19 Januari 2016. Sedikitnya 30 orang mengungsi dan sejumlah sekolah diliburkan akibat banjir yang hingga kini belum surut.
Air bah membuat panik warga di Desa Sutojayan, Kedungbacem, dan Kedungbunder. Sejumlah warga mengatakan air tiba-tiba menerjang permukiman mereka setelah tanggul Sungai Ngunut dan Sungai Jambu jebol. "Airnya bergerak cepat dan masuk ke dalam rumah," kata Karmini, warga Desa Sutojayan. Diduga tanggul itu tak kuat menahan derasnya aliran sungai yang mengalir menyusul hujan deras yang turun dalam beberapa hari terakhir.
Menurut dia, banjir seperti ini sebenarnya nyaris terjadi setiap musim penghujan. Namun kali ini debit air yang menggenangi rumah warga cukup tinggi hingga membuat Karmini dan sejumlah tetangganya mengungsi. Pengungsi tinggal di kantor Kelurahan Sutojayan yang disulap menjadi posko oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat.
Siswa tiga sekolah dasar di Desa Sutojayan diliburkan. "Seluruh ruang kelas digenangi air," kata Nening, guru SDN Sutojayan. Mereka turut membersihkan rumah dari genangan air dan endapan lumpur yang ditinggalkan air sungai.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blitar Hanif Rahmawanto mengatakan sudah mendirikan posko di kantor Kelurahan Sutojayan sejak tadi malam. Sebuah dapur umum juga telah dibangun di lokasi pengungsian untuk memberi bantuan logistik. "Dapur umum ini terbuka bagi seluruh warga yang kehilangan bahan pokok akibat banjir," kata Hanif.
Hingga siang ini warga di tiga desa masih membersihkan sisa-sisa banjir di rumah mereka. Di beberapa ruas jalan air masih menggenang hingga setinggi sekitar 40 sentimeter. Warga berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul sungai yang jebol untuk menghindari banjir susulan. Diperkirakan selama musim hujan potensi banjir akan terus terjadi di wilayah itu.
HARI TRI WASONO