TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Jenderal Badrodin Haiti mengatakan rencana polisi untuk mencari keberadaan Muhammad Bahrunnaim Anggih Tantomo alias Bahrun Naim terganjal kemampuan Interpol negara setempat. Bahrun saat ini diduga berada di Suriah.
"Kalau di luar negeri memang harus minta bantuan Interpol. Tapi persoalannya, negara di sana tak punya kemampuan untuk itu," kata Badrodin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 18 Januari 2016. Seandainya mampu, kata dia, Interpol setempat tentu sudah bisa menindak pemimpin kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS/IS), Abu Bakar Baghdadi.
Baca Juga:
Menurut Badrodin, saat ini satu-satunya cara adalah menunggu Bahrun pulang sendiri. Sembari mengawasi pergerakannya, polisi juga terus mengumpulkan informasi tentang pria yang juga pernah dibui atas kasus kepemilikan senjata api tersebut.
Polisi menduga Bahrun Naim adalah sosok yang mendalangi teror bom di kawasan Sarinah, Jumat, 14 Januari 2016. Pria kelahiran Pekalongan, 6 September 1983, ini punya dua nama, yaitu Abu Rayyan dan Abu Aisyah.
Bahrun diketahui merupakan lulusan program D-3 Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret. Hampir sama dengan pelaku teroris lain, Bahrun kemudian membuka bisnis warung Internet atau warnet.
Dia juga sempat dihukum 2 tahun karena menyimpan barang titipan 533 butir peluru laras panjang 7,62 milimeter serta 31 butir peluru senjata kaliber 9 milimeter. Amunisi itu diperoleh dari Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Rizky yang dititipkan ketika jaringan Noordin M. Top masih kuat.
FAIZ NASHRILLAH