TEMPO.CO, Jakarta- Peneliti dari Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, memperkirakan kekuatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS/IS) terus berkembang pesat di Asia Tenggara. Menurut dia, perkembangan mereka dinamis dan bersaing dengan sel-sel pro Al-Qaeda yang pernah dipimpin Usamah bin Ladin.
"Mereka bersaing dalam perekrutan dan pengaderan," kata Ridlwan saat dihubungi, Senin, 18 Januari 2016. Khusus di Indonesia, dia menyatakan banyak radikal militan yang tidak mau bergabung dengan ISIS, tapi masih memuja Al-Qaeda. Dia mencontohkan Ridwan, anak pentolan organisasi Majelis Mujahiddin Indonesia Abu Jibril, yang tewas di Suriah. Ridwan bergabung dengan milisi Jabhat An-Nusra.
"Di dalam penjara maupun luar penjara, semua berusaha mencari simpati dan akses untuk mencari akreditasi di mata pimpinan masing-masing," ujarnya.
Untuk di negara tetangga, Ridlwan mengatakan militan di Filipina Selatan sebagian besar mendeklarasikan diri sebagai penganut ISIS. Menurut dia, dulu pendukung ISIS di Filipina kebanyakan kelompok Abu Sayyaf. "Dari dulu militan di sana, tujuannya pencarian dana, lewat perampokan." Namun pemerintah Filipina sempat mengklaim Abu Sayyaf sakit sehingga diganti. "Tapi ini perlu dikonfirmasi. Belum ada penjelasan dari pengikut Abu Sayyaf," ujarnya.
Adapun di Thailand Selatan, menurut Ridlwan, kelompok Pattani bergabung dengan ISIS. Geser ke Malaysia, Ridlwan menyatakan, di pesisir bagian timur seperti Sabah, Serawak, Tawau, dan Sandakan, banyak sel-sel kecil yang mendeklarasikan diri bergabung dengan ISIS.
Jaringan ISIS di negara-negara tetangga itu, kata dia, tak ada keterkaitan langsung dengan Indonesia. Mereka sama-sama berbaiat ke ISIS, tapi hubungan lintas jaringan tidak berjalan baik. "Kecuali supply senjata dari Mindanao Selatan ke kelompok Santoso di Poso," ujar Ridlwan.
Ihwal klaim polisi yang menyatakan otak aksi teror di kawasan Thamrin pada Kamis lalu merupakan Bahrun Naim, menurut Ridlwan, hal itu mungkin saja. Sebab, Bahrun punya kekuatan yang cukup lumayan dan pernah dipenjara untuk kasus kepemilikan peluru. Bahrun terkenal dengan keahliannya di bidang teknologi informasi. "Setelah lepas, dia meningkatkan kemampuannya di IT," ujarnya.
Menurut Ridlwan, Bahrun pernah mengirim dana melalui bitcoin atau PayPal kepada istri Arif Hidayatullah. Arif telah ditangkap Densus 88 Antiteror pada 23 Desember 2015 di Bekasi. "Kesimpulan sementara dari Bahrun Naim, karena mereka mengenal secara pribadi, sama-sama dari Solo dan pernah satu jamaah," katanya.
Tapi, menurut Ridlwan, jumlah duit Rp 70 juta yang disebutkan polisi itu kebanyakan. Dia memperkirakan nilai tersebut merupakan akumulasi. Sebab, kata dia, tidak mungkin di Suriah mendapatkan uang tunai sebanyak itu. "Kalau terlalu besar juga bisa dicurigai. Sekali transfer bisa Rp 5 juta, Rp 10 juta," tuturnya.
LINDA TRIANITA