TEMPO.CO, SUBANG - Keluarga Sunakim alias Afif, terduga pelaku teroris ledakan bom dan penembakan Sarinah, Jakarta, yang menewaskan delapan korban, telah melakukan rembukan keluarga ihwal kemungkinan terjadinya penolakan pemakaman jasad Sunakim di tempat kelahirannya Kampung Kerjan 1, Desa Kalensari, Kecamatan Compreng, Subang, Jawa Barat.
Maman Sukarman, paman Afif Sunakim, mengatakan, jika benar-benar terjadi penolakan, kemungkinan besar pemakaman jenazah keponakannya tersebut dilakukan di Bogor, tempat kelahiran istrinya. "Kami sudah sepakat memakamkannya di Bogor. Itu dilakukan agar memperpanjang tali silaturahmi keluarga," kata Maman, memberikan alasan. Ia mengungkapkan, kalau tidak ada aral melintang, kepulangan jenazah Sunakim ke Kalensari terjadwal Senin, 18 Januari 2016.
Didi Sunadi, Kepala Urusan Kesejahteraan Sosial Desa Kalensari, tak menampik ihwal adanya pro-kontra rencana pemakaman Sunakim yang tewas dalam aksi baku-tembak dengan aparat keamanan setelah dia menembak mati seorang anggota polisi berseragam dengan gaya Rambo, di Jalan Thamrin, Kamis, 14 Januari 2016, pukul 10.40.
Karena itu, Didi berujar, pihaknya akan melakukan terlebih dahulu upaya mediasi dengan pihak aparat desa, keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Muspika Kecamatan Compreng agar sebelum kepulangan jenazah Sunakim ke kampung halamannya, sudah ada kepastian ditolak atau diterima.
"Sehingga, tak akan ada persoalan di kemudian hari," Didi menjelaskan. Secara pribadi, atas alasan kemanusiaan, Sunakim bisa dimakamkan di kampungnya. Sebab, dia bagaimanapun juga adalah kelahiran Kalensari, dan kedua orang tuanya, adik-adiknya, serta keluarga besarnya semuanya ada di Kalensari.
Namun para pihak yang menolak berdalih bahwa Sunakim telah mencoreng nama baik kampung halamannya. "Jadi jenazah teroris itu tak pantas dimakamkan di sini (Desa Kalensari)," kata lelaki berbadan tegap yang sedang berkerumun bersama temannya di dekat rumah keluarga Sunakim.
Dia mengaku tak kaget kalau Sunakim terlibat dalam aksi terorisme ledakan bom dan penembakan di Sarinah. "Kami kan tahu dia itu pernah latihan militer di Aceh, terus dihukum tujuh tahun. Belum lama keluar jadi teroris. Yang bikin kaget kami itu, dia mati," katanya lagi.
Seorang tokoh ulama Kecamatan Compreng, KH Tasyrifin AS, meminta agar masyarakat Desa Kalensar legawa menerima sekaligus memakamkan jenazah Sunakim di kampung halamannya.
Tasyrifin mengungkapkan, siapa pun dan bagaimanapun status yang meninggal itu, harus dikuburkan karena yang bakal menilai amal perbuatannya hanyalah Sang Pencipta, Allah SWT. "Sebagai manusia biasa, tidak ada hak untuk menolak seseorang dikuburkan di mana pun," ujarnya.
Rencana kedatangan jenazah Sunakim yang kini masih tersimpan di Rumah Sakit Polri Sukanto, Keramat Jati, Jakarta, ke pangkuan keluarganya di Kalensari, belum ada kepastian yang jelas. Meski begitu, ayahnya, Jenab, ibunya, Nyai, adiknya Sulaeman dan istrinya, Ita, telah melakukan tes DNA untuk mencocokkan keterkaitan genetik di Rumah Sakit Sukanto, Sabtu, 16 Januari 2016.
NANANG SUTISNA