TEMPO.CO, Padang - Kepolisian Resor Kota Padang mencurigai adanya 16 warga Kota Padang yang hilang dan diduga bergabung dengan organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). "Masih dalam proses penyelidikan. Mereka masih kami curigai," ujar Kepala Polres Kota Padang Komisaris Besar Wisnu Andayana saat dihubungi Tempo, Jumat, 15 Januari 2016.
Berdasarkan informasi yang dihimpun polisi, 13 dari 16 orang itu hilang secara bersamaan. Mereka masih satu kerabat yang berdomisili di kawasan Koto Tangah. Mereka dinyatakan hilang sekitar November atau Desember 2015. "Ada hubungan keluarga. Ada yang masih bayi, umur 19 tahun, hingga umur 70 tahun," katanya. Tiga orang lagi, ucap dia, juga masih memiliki hubungan keluarga.
Wisnu mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, mereka diduga pergi ke Kalimantan atau Sulawesi untuk bergabung dengan Gafatar. Dua provinsi itu menjadi tempat pelarian pengikut Gafatar.
Namun kepolisian masih memperdalam penyelidikan. Hal ini untuk memastikan mereka hilang karena bergabung dengan Gafatar atau pindah rumah.
Menurut Wisnu, Gafatar pernah melakukan kegiatan di lima titik di Kota Padang. Antara lain di Kuranji, Koto Tangah, Padang Barat, Lubuk Begalung, dan Padang Utara. Tapi, dari laporan yang diterima polisi, Gafatar belum secara terang-terangan melakukan doktrinisasi aliran sesat. "Doktrinisasinya itu tak kelihatan dari depan. Kayaknya direkrut dulu baru didoktrin."
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia Sumatera Barat mendeteksi keberadaan ormas Gafatar di provinsi ini. Organisasi tersebut aktif dalam kegiatan bakti sosial.
"Pergerakan mereka belum secara terang-terangan. Mereka tampil dalam bentuk kegiatan bakti sosial. Gerakan mereka sangat rapi," ujar Ketua MUI Sumatera Barat Gusrizal Gazahar kepada Tempo, Rabu, 13 Januari 2016.
Menurut Gusrizal, pengikut Gafatar ini pernah menyelenggarakan kegiatan bakti sosial di Kota Bukittinggi. Mereka juga terdeteksi di kawasan Gaung, Kota Padang, dan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
ANDRI EL FARUQI