TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme, Nasir Abbas, mengatakan pelaku teror pada Kamis pagi kemarin adalah Sunakin alias Afif. Dia diduga pria yang mengenakan topi, kaus hitam, dan celana jins; membawa dua ransel, serta menembaki warga di sekitar kompleks pertokoan Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Pria tersebut tercatat berasal dari Desa Duren, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Di Indonesia, menurut Nasir, Sunakin telah lama berkecimpung dalam jaringan teroris. Pada 2010, Sunakin ditangkap pihak kepolisian bersama Dul Matin saat melakukan latihan militer di Gunung Bun, Aceh Besar. "Ada beberapa tersangka lain yang juga ditangkap saat itu, di antaranya Ajad Sudrajad dan Sugito," ucap Nasir kepada Tempo, Jumat, 15 Januari 2016.
BACA: Bahrun Naim Ngeblog, Sebut Serangan Paris Inspiratif
Kamis kemarin, serangkaian bom meledak di sekitar Sarinah sekitar pukul 10.53 WIB. Ledakan tersebut disusul dengan adu tembak antara polisi dan pelaku ledakan. Sedikitnya tujuh orang tewas, termasuk lima terduga teroris. Di antara korban warga sipil yang tewas terdapat warga negara asing. Sedangkan sedikitnya 24 korban luka masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Jakarta.
Saat para pembunuh berdarah dingin itu beraksi, fotografer Tempo, Aditia Noviansyah, berada di lokasi kejadian dan merekam aksi pelaku teror bom itu. Pelaku yang datang dari kerumunan massa menembak polisi. Dia beransel, mengenakan kaus tangan, bertopi merek sepatu, dan mengacungkan pistol. Terlihat pada foto pertama, pelaku teror seorang lelaki berwajah Indonesia.
BACA: Detik-detik Polisi Ditembak Dua Terduga Teroris Bom Sarinah
Lelaki itu berdiri di Jalan Thamrin arah Bundaran Hotel Indonesia. Aditia menembak pelaku dengan kameranya, lensa 70/200. Lelaki bertopi Nike tersebut terlihat bersama seseorang yang mengenakan pakaian biru dan rompi hitam. Lelaki itu juga mengenakan tas punggung.
Menurut Nasir, dalam aksi pengeboman dan penembakan di Sarinah, ada dua hal yang menjadi target teroris saat melakukan serangan teror. "Pertama, mereka menargetkan polisi. Kedua, menargetkan warga negara asing," tutur Nasir.
BACA: EKSKLUSIF: Penembak di Sarinah Itu Muncul dari Kerumunan Orang
Nasir berujar, kepolisian menjadi lembaga paling dibenci teroris. Kebencian itu muncul lantaran kepolisian menjadi penghalang teroris dalam beraksi. Apalagi kepolisian beberapa waktu lalu sempat melakukan operasi besar-besaran penangkapan terduga teroris. Menurut mantan anggota Jemaah Islamiyah itu, kinerja kepolisian dalam pengungkapan kasus terorisme cukup gemilang.
Kepolisian, ucap Nasir, berhasil meredam rencana teror di sejumlah wilayah saat perayaan Natal dan tahun baru lalu. "Kita harus mengapresiasi kinerja mereka," kata Nasir. Apalagi saat ini jaringan teroris mulai berkembang sejak kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Nasir menganalisis, teror bom di Sarinah diduga melibatkan jaringan kelompok Bahrun Naim.
BACA: Ciri Pelaku dan 11 Adegan Teroris Bom Sarinah
Bahrun ditengarai mengendalikan dan membiayai teror di Indonesia dari Suriah. Di Indonesia, salah satu jaringan Bahrun adalah Arif Hidayatullah. Jaringan Arif telah ditangkap polisi pada Desember lalu di Bekasi. Meski telah ditangkap, jaringan Bahrun berkembang menjadi sel-sel yang sangat banyak. Karena itu, kepolisian tidak mungkin bisa mendeteksi semua sel yang ada.
BACA: Saat Mahasiswa, Bahrun Naim Jadi Ketua Himpunan Mahasiswa
Selain polisi, warga negara asing yang berada di Indonesia menjadi target teror. Karena itu, kebanyakan teroris sering mengancam tempat-tempat publik yang sering ada warga negara asing. "Pola pikir mereka kan orang Barat menentang mereka dan ISIS," tuturnya.
AVIT HIDAYAT | WDA | BC
BACA JUGA
Bom Sarinah, Sandy PAS Band: Suaranya Kenceng Banget, Duarr!
BOM SARINAH, Bahrun Naim Masih Tercatat sebagai Warga Solo