TEMPO.CO, Jakarta – Pasca-ledakan bom di Jalan M.H. Thamrin, pengamanan Ibu Kota diperketat. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan saat ini pengamanan di Ibu Kota sama seperti Natal dan tahun baru kemarin.
Ahok, sapaan akrab Basuki, mengaku sudah mendengar ancaman bom sejak Desember tahun lalu. Namun, karena petugas terlalu lunak, maka terjadilah ledakan itu. “Polisi sudah tahu semua, kok, cuma kita terlalu lunak,” katanya di Balai Kota, Jumat, 15 Januari 2016.
Seharusnya, menurut Ahok, setiap melihat orang yang mencurigakan, polisi sigap menangani. Tidak boleh ragu, bahkan takut dianggap melecehkan. Ia pun menyesalkan orang-orang yang merasa terhina ketika digeledah. “Kita lihat orang mencurigakan, suruh dia angkat tangan, dia lapor Komnas HAM,” ujarnya.
Ahok pun mengecam tindakan Komnas HAM yang membela orang-orang seperti itu. “Gue bilang persetan sama Komnas HAM, kalau dia belain begitu,” ucapnya.
Ia mengimbau kepada semua petugas kepolisian agar tidak ragu menindak orang yang mencurigakan. “Suruh angkat tangan dan geledah. Kalau dia masih gerak, tembak aja udah. Enggak ada langgar HAM!”
Saat ini, pengamanan di ring 1 diperketat dengan penambahan Brimob dan senjata laras panjang. Ahok berpesan agar semua aparat mengerti dengan tugasnya masing-masing.
Starbucks dan Pos Polisi Jalan M.H. Thamrin dibom kemarin, Kamis, 14 Januari 2016. Pelaku sebanyak lima orang tewas akibat bom bunuh diri dan ditembak polisi. Selain pelaku, tragedi tersebut menewaskan dua warga sipil. Sebanyak 17 korban luka, termasuk 5 polisi.
MAYA AYU PUSPITASARI