TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyebutkan ada keterlibatan Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo dalam peristiwa teror di Jakarta kemarin. Saat ini, Bahrun diduga berada di Suriah dan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sosok Bahrun Naim bukanlah orang baru di dunia teroris. Berdasarkan catatan Tempo, pria ini pernah ditangkap di Solo pada 2010 oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Republik Indonesia.
Bahrun diduga tidak pergi ke Suriah sendirian. Dia mengajak istri mudanya, mahasiswi semester akhir di sebuah kampus swasta di Sukoharjo. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh, keduanya berangkat dalam waktu yang berbeda.
Pada Maret 2015, seorang warga Demak, Sugiran, mengeluh kehilangan anak perempuannya. Diduga, perempuan bernama Siti Lestari itu telah diperistri oleh Bahrun Naim dan diajak pergi ke Suriah.
Sugiran melakukan kontak terakhir dengan anaknya pada Januari 2015. Saat itu anaknya minta uang Rp 3,5 juta dengan alasan untuk keperluan kuliah. "Uang segera saya transfer," kata Sugiran saat itu.
Beberapa hari kemudian, Siti tiba-tiba mengirim semua barangnya dari kos yang berada di Sukoharjo ke rumahnya di Demak. Barang-barang itu dikirim melalui pos. Setelah itu, Siti tidak bisa dihubungi lagi.
Keluarga langsung ke Sukoharjo untuk melacak keberadaan Siti. Namun mahasiswi itu ternyata sudah lama meninggalkan kos. Siti ternyata pindah ke rumah kontrakan.
Dibantu beberapa teman Siti, Sugiran akhirnya bisa menemukan rumah kontrakan tersebut. Hanya, rumah itu ternyata telah kosong. Berdasarkan informasi tetangga, Siti tinggal di kontrakan tersebut bersama seorang pria bernama Bahrun Naim.
Menurut Sugiran, Siti memang pernah membawa Bahrun ke rumahnya di Demak dan memperkenalkan kepada orang tua sebagai calon suaminya. Namun orang tua Siti menolak lantaran pria tersebut sudah memiliki istri dan anak.
AHMAD RAFIQ