TEMPO.CO, Kediri - Seorang anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mengeluh tak betah menjalani kehidupan barunya di lokasi baru setelah mengikuti program hijrah. Setiap hari dia harus bekerja di ladang siang malam tanpa diberi upah.
Pengakuan itu disampaikan lewat Minghaj Maitigor, 21 tahun, warga Jalan Semeru, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Ibu dan dua saudara laki-laki Minghaj menjalani hijrah bersama Gafatar.
Mereka adalah Katumi, 48 tahun, Ganif Eko Yulianto, 30 tahun, dan Imam Sapta Maulana, 19 tahun. “Mereka pindah ke Pontianak Kalimantan Barat sejak Oktober 2015,” kata Minghaj, Kamis 14 Januari 2016.
Tak hanya mengajak dua anak laki-lakinya, Katumi turut mengajak pula menantunya yang juga istri Ganif Eko Yulianto ke Pontianak. Keempat orang ini disebutkannya sudah lama bergabung dan aktif di organisasi Gafatar sejak masih berada di Kediri pada 2011. Gafatar yang berkantor di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri ini sudah lama melakukan kegiatan sosial seperti bertani dan donor darah.
Namun sejak akhir tahun lalu organisasi ini memboyong anggotanya termasuk keempat keluarga Minghaj hijrah ke Pontianak. Menurut pengakuan Imam kepada Minghaj, mereka diminta membantu bercocok tanam di sana untuk kebutuhan anggota organisasi. “Adik saya mengeluh capek disuruh kerja siang malam tanpa diberi upah,” kata Minghaj.
Karena itu sejak beberapa hari terakhir Imam berharap bisa kembali pulang ke Kediri dan tinggal bersama kakaknya. Namun sayanganya keinginan itu belum tercapai lantaran Imam tak memiliki ongkos pulang.
Organisasi Gafatar menjadi sorotan sejak muncul laporan kehilangan atas seorang dokter muda dan balitanya dari Yogyakarta. Sejak itu bermunculan kasus yang sama.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang juga Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Asosiasi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama Jawa Timur Gus Reza Ahmad Zahid menyerukan perang terhadap organisasi Gafatar. Dia menyatakan kelompok ini telah terang-terangan menistakan agama sebagai kelompok paling liberal di Indonesia.
“Saya akan menggalang pondok pesantren di Jawa Timur untuk melawan Gafatar,” tegasnya.
HARI TRI WASONO