TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga korban teror Sarinah mendatangi Rumah Sakit Abdi Waluyo untuk menjenguk keluarganya yang tertembak teroris di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. "Saya diminta tandatangan persetujuan untuk tindakan operasi pengambilan peluru," ucap Rahmad, 35 tahun, anggota keluarga korban teror Sarinah, Kamis, 14 Januari 2016.
Rahmad mengatakan kakaknya, Raiskana, 37 tahun, tertembak di bagian kepala. Saat ini kondisi korban kritis. Dokter masih melakukan tindakan operasi darurat untuk mengangkat peluru dari kepala Raiskana.
Selain Raiskana, anggota kepolisian lalu lintas menjadi korban teror bom, yakni Ajun Inspektur Satu Suhadi. Sayangnya, anggota keluarganya belum mau berkomentar terkait dengan kejadian ini. Mereka hanya berlalu saat Tempo menyapa.
"Anggota kami yang kena bom di bagian kaki dan tangan," kata Inspektur Pengawasan Umum Mabes Polri Komisaris Jenderal Dwi Prayitno yang sempat menjenguk korban. Menurut dia, pihaknya telah meminta keluarga menandatangani persetujuan tindakan medis. Sebab, Suhadi harus segera menjalani operasi setelah diterjang dua peluru di bagian punggungnya.
Selain keduanya, ada dua warga negara asing yang dirawat di rumah sakit tersebut. Salah satunya warga Jerman bernama Frank Feunen, 48 tahun, yang mengalami luka sobek di bagian leher. Sedangkan satunya lagi Stoifl, 46 tahun, warga negara Austria. Dia mengalami luka ringan di dahi.
"Saya tidak mau komentar, nanti saja, ini masih ditangani medis," ujar rekan Frank yang enggan disebutkan namanya. Mereka saat ini masih menjalani perawatan intensif. Beberapa polisi masih berjaga di depan rumah sakit.
Ada juga seorang pemuda bernama Aldi Tardiansyah, 18 tahun, yang terkena serpihan bom. Afrizal, 40 tahun, pegawai negeri sipil dari Pemerintah Provinsi Riau, juga diketahui menjadi korban.
AVIT HIDAYAT