TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian Indonesia mengindikasi Gerakan Masyarakat Nusantara (Gafatar) berdiri di Indonesia dan dipimpin oleh Ahmad Mushadeq.
“Informasi yang kami dapatkan, organisasi itu dipimpin AM (Ahmad Mushadeq),” kata Kepala Bagian Penerangan Mabes Polri, Brigadir Jenderal Agus Rianto kepada Tempo, Rabu, 13 Januari 2016.
Menurut Anton, Ahmad Mushadeq dipercaya oleh kelompoknya sebagai utusan wali Tuhan. Karena itu, dia menampik keberadaan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dalam kepercayaan Islam. Gafatar mengakui bahwa Mushadeq dipercaya sebagai pemimpin sekaligus nabi.
Dari penelusuran polisi, kelompok ini merekrut anggota secara sporadis, hampir di sejumlah daerah di Indonesia. Hanya saja, kepolisian belum mengetahui jumlahnya. Polisi kesulitan mendata jaringan ini karena kesulitan untuk membuktikan.
“Misalkan ada seseorang yang hilang, apa semua yang hilang ikut Gafatar, kan tidak,” kata Agus. Karena itu, dia berharap agar masyarakat berperan aktif dengan menjaga keluarga masing-masing dari upaya cuci-otak Gafatar. Agus juga mengimbau agar para orang tua menjaga anak-anak mereka.
Agus menambahkan kepolisian telah mendeteksi kelompok Gafatar sejak jauh hari. Hanya saja, kepolisian tidak dapat melarang kelompok tersebut. “Sepanjang mereka tidak melakukan tindakan pidana, maka kami tidak bisa menjeratnya, karena ini masalah ideologis,” ujar Agus.
Menurut dia, harusnya seluruh elemen masyarakat harus ikut ambil bagian untuk mengkaji kelompok Gafatar, di antaranya mulai dari Kementerian Agama, tokoh masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, dan berbagai unsur masyarakat.
Saat ini kepolisian baru menetapkan dua tersangka yang diduga terlibat dalam organisasi Gafatar. Kedua orang tersebut ditangkap setelah diduga menculik dokter Rica Tri Handayani. “Dari pelaporan warga, ada juga warga yang hilang di beberapa daerah, seperti Surabaya dan Yogyakarta.”
AVIT HIDAYAT