TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya, delapan warga Sulawesi Selatan dilaporkan hilang setelah bergabung dengan organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar.
Mereka berasal dari dua daerah, yakni Kota Makassar dan Kabupaten Luwu. Jumlah itu kemungkinan bisa terus bertambah mengingat kepolisian masih terus melakukan pendataan terhadap warganya yang dilaporkan hilang karena bergabung organisasi tersebut.
Juru bicara Kepolisian Daerah Kepolisian Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Frans Barung Mangera, mengatakan polisi masih melakukan pendataan dari kepolisian lingkup kabupaten/kota.
"Hingga kini, sudah ada dua keluarga dari dua daerah yang dilaporkan menghilang. Kami masih mendata daerah lain bila memang ada laporan kehilangan," kata Barung kepada Tempo, Rabu, 13 Januari 2016.
Di Makassar, tercatat lima orang menghilang yang merupakan satu keluarga. Mereka adalah pasangan suami-istri yakni Abdul Kadri Nasir (32) dan Hasrini Hafid (32). Turut hilang kedua anaknya, yaitu Abiyan (2) dan Berlian (7 bulan) serta pembantunya, Ratih (20). Pasangan suami istri itu berstatus pegawai negeri sipil di Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto. Mereka memiliki rumah kontrakan di daerah tersebut.
Di Luwu, satu keluarga yang terdiri atas tiga orang juga menghilang. Mereka adalah pasangan suami istri Burhan Faisal dan Andi Muliani beserta seorang anaknya yang masih bayi. Kedua keluarga itu dilaporkan hilang sejak tahun lalu.
Di setiap keluarga itu, diketahui ada yang berstatus pentolan Gafatar. Kadri merupakan Sekretaris Gafatar Sulawesi Selatan sekaligus Ketua Gafatar Jeneponto. Adapun Burhan menjabat Ketua Gafatar Kendari.
Ayah Hasrini, Abdul Hafid, mengatakan komunikasi terakhir dengan anaknya terjadi akhir tahun lalu. Kala itu, sang anak mengaku ke ibunya, Rohani, sedang berada di Bandung.
Rohani terus membujuk putri bungsunya itu untuk pulang, tapi diabaikan. Hafid mengaku geram dengan tindakan anak dan menantunya yang telah berubah akidah pasca bergabung dengan Gafatar. "Tidak salat dan tidak puasa," ujar Hafid.
Sementara itu, kakak Andi Muliani, Andi Besse, mengatakan sebelum menghilang terhitung Mei lalu, Muliani sempat dua kali pindah dari Luwu ke Kendari. Lalu, pindah lagi dari Kendari ke Berau. Ia berdalih mengikuti suaminya pindah tugas. Tapi, keduanya tidak bisa dihubungi lagi. "Ipar saya itu Ketua Gafatar Kendari. Saya yakin menghilangnya adik saya berkaitan itu," tutur Besse.
TRI YARI KURNIAWAN