TEMPO.CO, Surabaya - Mantan Ketua DPD Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Jawa Timur, Budi Lasmono, menolak oraganisasi masyarakat itu berada di balik hilangnya sejumlah orang.
Budi mengatakan, tak ada instruksi untuk hijrah atau eksodus lantaran Gafatar telah dibubarkan sejak Agustus 2015. Menurut dia, ada banyak alasan mengapa para bekas anggota Gafatar menghilang.
“Memang ada yang sifatnya karena masih mengikuti akidah-akidah yang dia dapat selama di Gafatar, tapi ada juga yang menghilang karena faktor ekonomi dan permasalahan dalam rumah tangga,” ujar Budi saat dihubungi Tempo, Rabu, 13 Januari 2016.
Menurut Budi, Gafatar tak mengajarkan akidah yang menyimpang dari ajaran Islam. Mereka juga mempergunakan Al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia hidup. Hanya saja, Gafatar juga menekankan para firman Allah dalam Al-Quran bahwa terdapat perintah untuk mengimani kitab-kitab terdahulu. “Ada kitab Taurat, Injil, Zabur, tapi juga tetap memegang Al-Quran,” ujar dia.
Selain itu, para pengikut Gafatar diwajibkan melaksanakan 10 perintah Tuhan yang pernah dibawa oleh Nabi Musa. Beberapa poin di antaranya ialah dilarang berzina dan harus menghormati kedua orang tua. "Tapi kenyataannya orang-orang yang hilang itu kan nggak pamit. Itu kesalahan individual, Gafatar tidak mengajarkan itu," ujar dia.
Dokter spesialis paru-paru itu mengungkapkan, bekas anggota Gafatar yang menghilang kemungkinan besar berada di Kalimantan untuk bergabung dalam gerakan bercocok tanam. Sebelum berangkat, mereka biasanya juga telah menyiapkan area bercocok tanam di rumahnya masing-masing untuk dikelola keluarga.
Karena itu, Budi membantah apabila kedatangan para bekas anggota Gafatar ke Kalimantan tersebut untuk mendirikan negara Islam. "Mereka di Kalimantan menyewa lahan persawahan yang sudah ada. Ada perjanjiannya," ujar Budi.
DPD Gerakan Fajar Nusantara Jawa Timur secara resmi telah dibubarkan sejak Agustus 2015. Berdiri sejak 2011, Gafatar terpaksa dibubarkan karena tak mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Kementerian Dalam Negeri.
Gafatar, menurut Budi, adalah organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial dan budaya dan lahir sejak 2011. “Beberapa provinsi ada mengizinkan, ada yang tidak, Sehingga pimpinan pusat menginstruksikan agar dibubarkan saja.”
ARTIKA RACHMI FARMITA