TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah mempersilakan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk membela diri menyusul merebaknya beragam informasi yang menuding organisasi tersebut sesat. "Silakan membela diri. Tapi kalau dari awal ilegal, mereka tidak akan mungkin berani membela diri," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu, 13 Januari 2016.
Menurut Fahri, masyarakat seharusnya membangun organisasi yang sehat, bukan organisasi yang menyesatkan masyarakat.
BACA: Ini Sosok Eko, Tersangka Hilangnya Dokter Rica
Fahri pun berujar, diperlukan peran dari pemerintah agar terbentuk organisasi-organisasi masyarakat yang sehat dan tetap rasional. Menurut dia, pemerintah harus mendatangi organisasi-organisasi yang baru terbentuk di masyarakat secara organisasional. "Apakah legal, apakah punya dasar," katanya.
Apabila organisasi itu tidak memiliki dasar, menurut Fahri, organisasi itu harus ditutup. Dia berujar, Indonesia menganut sistem perizinan. "Jadi, orang harus mendaftarkan organisasinya sehingga kalau ada apa-apa, negara punya mekanisme dan tanggung jawab untuk menangani mereka," ujarnya.
BACA: Cara Gafatar Rekrut Anggota, Tak Memandang Agama
Selain itu, Fahri berkata, apabila terdapat tindakan ilegal yang mereka lakukan, permasalahan tersebut harus segera dituntaskan. "Kalau memang ada tindakan berbahaya dalam organisasi itu, pemerintah harus mengumumkan. Tetapi, semua harus melalui mekanisme peradilan, mekanisme hukum," tuturnya.
Fahri mengatakan pemerintah tidak boleh melakukan tuduhan kepada masyarakat tanpa dasar yang jelas. "Orang salah atau benar kan kita tidak tahu kecuali ada proses peradilan yang terbuka, yang disaksikan oleh masyarakat yang berada di hadapan hukum," katanya.
BACA: Gafatar Menyasar Anak Muda Pencari Jati Diri
Gafatar ramai diperbincangkan setelah dikaitkan dengan hilangnya dokter Rica Tri Handayani di Yogyakarta sejak 30 Desember 2015. Dokter muda tersebut akhirnya ditemukan polisi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan dibawa kembali ke Yogyakarta pada 11 Januari 2016.
Di Surabaya, seorang mahasiswa bernama Eri Indra Kausar juga telah meninggalkan rumahnya di Jalan Suripto, Kenjeran, Surabaya, sejak empat bulan lalu. Dia sempat memberi kabar melalui pesan pendek kepada keluarganya bahwa ia ikut bergabung dengan Gafatar.
ANGELINA ANJAR SAWITRI
BERITA MENARIK:
Kasus Kopi Mirna, Polisi Geledah Rumah Jessica
2 Bocah Diduga Dikeroyok 5 Orang Marinir, Ini Kronologinya
Ahli Forensik Menduga Mirna Dibunuh, Begini Skenarionya