TEMPO.CO, Sleman - Entah hanya bercanda atau berniat menakut-nakuti, turis asal Maroko, Yousef Azoulay Arick, membuat petugas Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, dan aparat Gegana Gegana Brigade Mobil Polda Daerah Istimewa Yogyakarta sibuk.
Kisruh ini bermula dari pengakuan Arick ketika ditanya petugas di bandara tentang isi barang bawaannya, Selasa, 12 Januari 2016. Ia mengaku, kotak itu berisi bom. "Saat ditanya isi barangnya apa dijawab oleh yang bersangkutan isinya bom, dua kali dia menjawab isinya bom," kata Arieza Wardhana, petugas ground operation AirAsia yang pertama kali melaporkan pengakuan sang turis.
Petugas dari Aviation Security lalu membawa turis kelahiran Israel, 7 Juni 1970 itu ke kantor Kepolisian Sektor Depok Timur, Sleman. Namun karena ia adalah warga negara asing, dialihkan ke polda.
Di polda, kotak dibawa ke tengah lapangan depan markas untuk diteliti dan diledakkan anggota Brimob Polda DIY. Ternyata setelah dibuka isinya hanya beberapa bagian kayu. Salah satunya adalah kayu berbentuk kentongan berikut alat pukulnya.
"Isinya hanya kayu. Kenapa diteliti oleh Gegana karena tidak bisa main-main soal pengakuan adanya bom itu," kata Kepala Bidang Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti.
Polisi dari satuan Gegana datang dengan membawa robot dan alat ledak. Dengan pakaian antibom, polisi meneliti kotak itu. Lalu ditembak dengan alat untuk meledakkannya. Namun yang terdengar hanya suara tembakan ledakan itu saja. Petugas lalu membongkar isi kotak kayu yang dilapisi plastik tersebut.
Warga Maroko itu berencana naik pesawat AirAsia ke Denpasar. Karena kasus ini, ia ditahan untuk memberikan keterangan karena memberikan informasi palsu soal adanya bom di barang miliknya.
MUH SYAIFULLAH