TEMPO.CO, Surabaya – Erri Indra Kautsar, 19 tahun, mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, menghilang dari rumahnya sejak 17 Agustus 2015. Mahasiswa semester V itu pamit mengerjakan tugas tapi tak pernah pulang ke rumah. Diduga, Erri bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Ayah Erri, Suharijono, mengatakan putranya bergabung dengan Gafatar sejak awal kuliah. "Mungkin semester II, karena menghilangnya itu saat dia masih di semester IV," katanya di rumahnya, Selasa, 12 Januari 2016.
Suharijono mengaku tak lelah mencari keberadaan anaknya. Bersama istrinya, Erna Nurindra, ia mengerahkan bantuan dari kerabat dan teman-temannya. Tak hanya melaporkan kehilangan Erri ke Kepolisian Daerah Jawa Timur pada 28 Agustus 2015, Suharijono bahkan memburu jejak anaknya seperti detektif. Ia melacak keberadaan putra keduanya tersebut melalui sinyal telepon seluler. (Baca juga: Ikut Gafatar, Mahasiswa di Surabaya Ini 'Hilang' Sejak 2015)
“Begitu dengar info anak saya di Pontianak, sore itu saya beli tiket pesawat ke Balikpapan,” ujarnya.
Setiba di sana, Suharijono bergegas menemui Kepolisian Sektor Sungai Raya. Berbekal petunjuk dari kawan-kawannya yang mampu menelusuri sinyal ponsel, ia dan polisi mencari hingga pukul 00.30 Wita. “Saya ubek-ubek sampai empat hari di sana,” tuturnya.
Sayang, upaya tersebut hampir tak membuahkan hasil. Kemudian ia kembali menangkap sinyal ponsel anaknya. Posisi Erri kala itu sudah di Bandara Supandio, Balikpapan. “Tapi anak saya sudah berangkat. Saya cek di manifes tidak ada namanya, meskipun rekam jejak terakhir menunjukkan itu,” tutur Suharijono. (Baca juga: Sebelum Menghilang, Pengikut Gafatar Disuruh Isi Formulir Eksodus)
Suharijono tak patah arang. Sepulang di Surabaya, ia meminta bantuan lagi ke kawannya yang lain. Kali ini ialah seorang temannya yang ahli IT dan juga intel. Selama 14 hari di awal November 2015, temannya tersebut menyusuri sekitar Kalimantan Barat.
Suatu hari, teman Suharijono melaporkan sinyal ponsel Erri terlacak berada di daerah Beting, Pontianak. “Tapi ternyata di sana itu sarang narkoba dan banyak preman di sana. Teman saya kesulitan masuk,” ujarnya. (Baca juga: Warga Yogya Hilang, Dibawa ke Camp Gafatar Pangkalan Bun?)
Terakhir, sinyal ponsel Erri terlacak berada di sekitar Kuala Lumpur, Malaysia. “Dikejar sana, tapi saat itu kondisi politik tidak kondusif. Jadi tidak sempat mengejar,” ujarnya.
Selain kepada polisi, Suharijono juga meminta bantuan Pemerintah Kota Surabaya. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya sempat membantu mediasi via sambungan telepon dengan mengontak pengurus Gafatar Jawa Timur. Informasi dari Gafatar, Erri baik-baik saja dan berjanji akan pulang ke rumah pada 25 Desember 2015.
"Tapi saya tunggu belum datang juga. Saya berharap, polisi atau pemerintah kota bisa segera menemukannya," tutur Suharijono.
ARTIKA RACHMI FARMITA