TEMPO.CO, Sleman - Sebuah kios di Taman Kuliner Nomor 67 Condongcatur, Depok, Sleman, tertutup rapat. Biasanya kantor itu ramai didatangi anggota dan pengurus Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar. Dengan menempati kios itu, organisasi yang akhir-akhir ini menghebohkan warga menyalahi penggunaannya. Kios di Taman Kuliner dijadikan tempat berjualan makanan atau suvenir.
"Sudah satu bulan ini kosong," kata Suroto, petugas keamanan, pada hari ini, 12 Januari 2016.
(Baca: Hilang 2,5 Bulan, PNS Anggota Gafatar Belum Diberhentikan)
Kios yang dijadikan kantor itu hanya berukuran 3 x 3 meter. Setiap hari biasanya yang berada di dalam kantor hanya 3-6 orang. Anggota lainnya sering berada di lokasi tempat nongkrong dan makan di taman itu.
Biasanya, kata Suroto, banyak anggota atau pengurus dan simpatisan Gafatar datang menggunakan mobil dan sepeda motor. Ada yang masih muda, anak-anak, dan ada yang sudah berumur.
Alamat kios sebagai kantor Gafatar Daerah Istimewa Yogyakarta itu tertera pada formulir isian ikut eksodus ala organisasi itu. Formulir ditemukan di rumah yang biasa digunakan untuk home schooling anak-anak anggota Gafatar di Kadisoka, Purwomartani, Kalasan, Sleman.
"Parkir di depan kantornya banyak mobil biasanya," ujar Suroto.
Santi, penjaga kios kaus di samping kantor Dewan Pimpinan Daerah Gafatar Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan kantor itu jarang sepi biasanya. Sebab, sering dipakai untuk bertemu para anggota.
"Memang dulu sering dipakai untuk ngantor, tapi sekarang tutup dan dikunci," tuturnya.
MUH SYAIFULLAH