TEMPO.CO, Sleman - Sebuah rumah bercat orange biru di Kadisoka, RT 2/RW 1, Purwomartani, Kalasan, Sleman tak terlihat aktivitasnya. Padahal di rumah yang digunakan untuk aktivitas belajar aktivis Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ramai sebelumnya.
Namun, ketika banyak kabar orang ikut hijrah atau eksodus, rumah itu sepi. Di lokasi hanya ditemukan formulir eksodus. Formulir eksodus ini sudah menumpuk dan terkena air sehingga banyak yang lengket. Tapi masih bisa dibaca meskipun harus hati-hati.
Formulir itu jelas bertuliskan kop Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Fajar Nusantara. Di bawahnya ada tulisan Formulir Pernyataan Kesanggupan Mengikuti Eksodus. Di bawahnya ada tulisan Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa.
Di bawahnya lagi, ada data nama, umur, jabatan, alamat rumah, dan riwayat kesehatan. Lalu ada kesanggupan mengikuti program eksodus dengan pilihan sanggup, ragu-ragu, dan menolak.
Apabila sanggup (ikut eksodus), maka akan berangkat menggunakan alat transportasi dengan pilihan kapal laut, pesawat, dengan catatan keuangan siap dan belum siap. Bahkan di poin ketiga ada tulisan harta atau aset yang dimiliki, seperti harta bergerak Rp..., tidak bergerak Rp..., dan dana cepat cair Rp....
Tidak hanya itu, calon peserta eksodus juga harus menulis rencana untuk menjual atau tidak menjual barang atau harta milik mereka. Jika terjual akan memberikan nazar kepada organisasi (Gafatar) sebesar Rp.....
Juga ada poin pemesan rumah tempat tinggal dengan Rp 10 juta dan Rp 20 juta. Juga di poin enam ada tulisan dedikasi pengabdian selama eksodus, yaitu penawaran lapangan pekerjaan yang akan digeluti selama eksodus. Antara lain bidang pertanian, peternakan, perikanan, sanitasi, air bersih, keamanan, kesehatan pemasaran dan usaha, dapur umum dan logistik, serta pendidikan.
Di akhir formulir, ada formulir pernyataan kesanggupan mengikuti program eksodus yang diminta diisi dengan ikhlas dan penuh dan tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapa pun dalam rangka memenuhi pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
MUH SYAIFULLAH