TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil akan melakukan beberapa upaya untuk mengantisipasi masuknya terorisme ke Kota Bandung. Hal tersebut dilakukan menyusul aksi terorisme yang dilakukan pada malam pergantian tahun baru 2016 di depan rumah dinasnya di Jalan Dalemkaum.
"Saya sudah rapat dengan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) menyikapi percobaan peledakan di malam tahun baru, apa pun motivasi dan skalanya, kita sedang meningkatkan kondusivitas Kota Bandung," kata Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Senin, 11 Januari 2016.
Pemerintah Kota Bandung, kata Ridwan Kamil, akan memperkuat pengamanan di kewilayahan dengan mengintensifkan Brigadir RW dari kepolisian. Sebanyak 1.500 petugas ketertiban nantinya akan dilibatkan untuk mengelola keamanan di kewilayahan. "Ketiga kerja sama dengan masyarakat yang terhimpun di komunitas Jaga Lembur," tuturnya.
Ridwan Kamil menambahkan, selain petugas kepolisian, petugas keamanan di kewilayahan akan diberi gaji oleh Pemerintah Kota Bandung. Lebih-kurang sekitar Rp 1.250.000. "Per kelurahan 10 orang. Anggarannya sama seperti petugas gorong-gorong," ucapnya.
Selain itu, Ridwan Kamil akan mengumpulkan ketua RW se-Kota Bandung. "Menekankan agar lebih proaktif terhadap orang-orang yang datang tanpa lapor 1x24 jam. Atau warga yang namanya tidak pernah aktif dalam kegiatan," jelasnya.
Nantinya, lanjut pria yang akrab disapa Emil ini, pada 2016 Pemerintah Kota Bandung akan mengeluarkan rapor untuk penilaian keaktifan masyarakat dalam kegiatan kewilayahan. Ketua RW akan ditugaskan sebagai penilai.
"Pemkot Bandung akan mengeluarkan indeks kemasyarakatan. Setiap rumah mau dikasih rapor, jadi setiap rumah akan terlacak. Namanya rapor indeks kemasyarakatan. Seberapa banyak dia ikut aturan dan seberapa banyak dia ikut kegiatan kemasyarakatan," ujarnya.
Konsep tersebut diharapkan bisa menyisir pendatang dari luar kota yang berniat untuk bersembunyi ataupun melakukan kejahatan di Kota Bandung. "Mudah-mudahan tidak terjadi lagi sumber kejahatan datang dari mereka yang bermukim di Bandung, termasuk yang di Regol itu," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Tim Densus 88 bersama Polda Jawa Barat menggeledah satu rumah terduga teroris di Jalan Mengger Girang, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Ahad sore, 10 Januari 2016. Penggeledahan itu menyusul ditangkapnya tiga orang terduga teroris di Jakarta dan Kabupaten Bandung pada 8-9 Januari 2016.
Ketiga terduga teroris yang ditangkap tersebut berinisial MS, AA, dan AS. MS, yang bekerja sehari-hari sebagai buruh pabrik di tempat produksi sepatu di Jakarta Utara, ditangkap di wilayah Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara, pada 8 Januari 2016. Sedangkan AA dan AS ditangkap di Ciwidey, Kabupaten Bandung, keesokan harinya.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Brigadir Jendral M. Taufik mengatakan ketiga terduga teroris tersebut merupakan bagian dari kelompok teroris di Bekasi dan Solo. "Diduga kaitannya pelaku kelompok Solo, juga ada kaitannya dengan pelaku tindakan terorisme di Bekasi," ujar Taufik di Bandung, Ahad, 10 Januari 2016.
Namun ia belum memastikan apakah ketiga terduga teroris tersebut berkaitan dengan aksi teror di seberang rumah dinas Wali Kota Bandung. "Kami masih melakukan pendalaman apakah ada kaitannya dengan kasus yang di Bandung," kata Taufik.
PUTRA PRIMA PERDANA