TEMPO.CO, Sleman - Kepala Kantor Kementerian Agama Sleman Lutfi Hamid mengakui, memang banyak laporan warga yang kehilangan kerabat. Sejak dulu ia susah menduga di Sleman ada gerakan radikal yang mengatasnamakan agama, budaya, maupun dari sisi ekonomi.
"Soal Gafatar atau Gerakan Fajar Nusantara, itu kan organisasi kemasyarakatan, bukan agama," kata Lutfi, Minggu, 10 Januari 2016.
Namun, jika ada pemahaman agama yang salah maka perlu diingatkan. Jika ajaran organisasi itu menganggap salat dan puasa Ramadhan tidak wajib bagi muslim, maka itu perlu diluruskan.
"Jika soal agama, tanyakan kepada ahlinya," kata dia.
Lutfi menyarankan supaya kegiatan agama dan kemasyarakatan yang tumbuh di masyarakat digiatkan, seperti perkumpulan pengajian di kampung, tahbisan, dan lainnya. Itu untuk menangkal adanya ajakan yang menyesatkan dan ajakan ke arah gerakan radikal.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ahmad Kevin bersama ayahnya, Sanggar Yamin, pamit pada 26 November 2015 mau menjenguk kakek, nenek, dan keluarga di Bima. Sanggar memang berasal dari Bima. Namun, setelah kepergian mereka, keduanya tidak bisa lagi dihubungi. Baik melalui telepon maupun pesan singkat. Pesan singkat tak berbalas dan telepon tidak diangkat.
Keluarga sudah menghubungi kerabat di berbagai daerah. Namun tidak ditemukan jejak Kevin bersama ayahnya itu. Ibunda Kevin, Olivia Sandra Yunita, 39 tahun, akhirnya melaporkan hilangnya Kevin ke polisi seminggu setelah kepergiaan Kevin dan tidak ada kabar dari anaknya itu.
MUH SYAIFULLAH