Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pendukung Raja Perempuan untuk Yogya Mulai Muncul

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Sri Sultan HB X bersama dengan GKR Hemas duduk lesehan, memberikan audiensi dan penjelasan isi dari Sabda Raja di ndalem Wironegaran, Suryomentaraman, Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sabda Raja dan Dawuh Raja bukanlah keinginan pribadi. Dirinya hanya melaksanakan dawuh Allah lewat leluhur Keraton. TEMPO/Pius Erlangga.
Sri Sultan HB X bersama dengan GKR Hemas duduk lesehan, memberikan audiensi dan penjelasan isi dari Sabda Raja di ndalem Wironegaran, Suryomentaraman, Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sabda Raja dan Dawuh Raja bukanlah keinginan pribadi. Dirinya hanya melaksanakan dawuh Allah lewat leluhur Keraton. TEMPO/Pius Erlangga.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sabda Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X akhirnya mendapat dukungan dari tingkat bawah. Sabda Raja ini berturut-turut dikeluarkan pada medio pertengahan tahun 2015 lalu yang secara materi menyinggung soal aturan adat baru nama gelar raja dan suksesi kepemimpinan.

Salah satu kelompok yang menyatakan dukungan pada Sabda Raja itu menamakan diri Laskar Ratu Mangkubumi yang berbasis di Gunungkidul Yogyakarta. Nama laskar ini identik dengan gelar baru putri pertama Sultan HB X Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi yang sebelumnya bernama Gusti Kanjeng Ratu Pembayun.

Keberadaan Pembayun belakangan menjadi kontroversial karena disebut-sebut bakal ditunjuk HB X untuk menggantikan posisi Sultan sebagai raja keraton berikutnya, meskipun sejumlah kerabat keraton dan pangeran menolak adanya raja perempuan.

“Paguyuban laskar ini sengaja kami bentuk untuk mewacanakan jika Sabda Raja itu adalah titah raja yang wajib hukumnya dihormati dan ditaati. Kami bukan pesanan siapapun,” ujar Siswanta, Koordinator Laskar Ratu Mataram, kepada Tempo.

Siswanta menuturkan, pertama dibentuk di Gunungkidul, target organisasi yang diklaim beranggotakan sudah mencapai 100 orang dari kalangan aktivis, petani, tokoh masyarakat, dan akademisi itu untuk membantu mencerahkan sikap pesimistis masyarakat yang menolak keberadaan raja perempuan.

“Selain menghargai sabda seorang raja dan institusi keraton, kami ingin masyarakat bersikap terbuka pada perubahan, karena perubahan itu kekal dan selalu ada,” ujar Siswanta.

Siswanta pun merujuk pada sejarah adat di tanah air yang terus menyesuaikan perkembangan masa agar tetap bertahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Adat itu sepanjang membawa kebaikan tak ada salahnya mengalami perubahan, tak ada yang perlu ditabukan sepanjang tak melanggar hak-hak asasi manusia yang mendasar,” ujarnya. “Meskipun kami tak tahu apakah nanti jika ada raja perempuan kondisi menjadi lebih sejahtera dan makin baik, kami hanya menyoroti soal perubahan adat ini agar tak terlalu dirisaukan masyarakat.”

Ketua Dewan Penasehat Paguyuban Dukuh Kabupaten Gunungkidul Sutiyono mengatakan paguyuban dukuh telah sepakat akan menghargai kalangan internal keraton sepanjang menjaga paugeran adat yangs udah turun temurun diwariskan dan dijaga sejak masa Hamengku Buwono I hingga IX.

“Paugeran itu sakral dan tak seharusnya diubah, termasuk nama gelar raja apalagi soal raja yang mesti laki-laki,” ujar Sutiyono.

Namun Paguyuban Dukuh menegaskan pihaknya tak akan melakukan cara-cara yang memicu konflik jika ada kelompok yang mendukung Sabda Raja.

“Kami serahkan ke keraton, soal penghormatan paugeran itu, tapi sikap masyarakat pada keraton mungkin akan berubah jika paugeran itu benar diubah,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

3 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

7 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

18 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

22 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

42 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

48 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

50 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

55 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

57 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

22 Februari 2024

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.