TEMPO.CO, Lumajang - Pusat Vulkanologi mulai mendeteksi terjadinya gempa letusan pada Gunung Bromo selama dua hari terakhir ini.
Peneliti dan Penjelajah Gunung Api Indonesia Aris Yanto memperkirakan bahwa Gunung Bromo segera mengalami fase erupsi strombolian.
Aris mengatakan terjadinya gempa letusan ini menandai akan adanya erupsi strombolian. Artinya, bakal terjadi lontaran material pijar sampai keluar kawah Gunung Bromo.
"Saat ini masih magmatik eruption," kata Aris, yang sebelumnya pernah mendokumentasikan erupsi Gunung Raung dari bibir kawah, saat dihubungi Tempo, Minggu, 10 Januari 2016.
Menurut Aris, ketika terjadi gempa letusan, biasanya akan diikuti dengan erupsi strombolian. Sekarang memang masih debu, tapi kalau sudah strombolian, batu pijar yang akan terlontar. Namun, untuk menuju ke erupsi strombolian memang butuh proses. Saat ini kawah memang masih penuh dengan air.
Pada erupsi Bromo 2010, menurut Aris, gejalanya juga serupa. Setelah terjadi gempa letusan, kemudian diikuti dengan erupsi strombolian.
Berdasarkan data yang bersumber dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bromo, Sabtu malam, 9 Januari 2016 antara pukul 18.00-24.00 WIB tercatat 6 kali gempa letusan dengan lama gempa 9-17s dan amplitudo maximum 24-34 milimeter. Tremor juga masih menerus dengan amplitudo maximum 3-23 milimeter dominan 5 milimeter.
Gempa letusan berlanjut pada pengamatan sejak Minggu dinihari, 20 Januari 2016 hingga pukul 06.00 WIB, yang terdeteksi sebanyak empat kali dengan lama gempa 10.15-13.37s dan amplitudo maximum 18-32 milimeter. Tremor masih menerus dengan amplitudo maximum 3-18 milimeter dominan 4 milimeter.
Status aktivitas Gunung Bromo masih tetap di level III atau Siaga. Suara gemuruh dari kawah Bromo terus terdengar. Sinar api samar-samar juga terlihat pada malam hari di kawah Bromo.
DAVID PRIYASIDHARTA