TEMPO.CO, Ngawi - Aparat Kepolisian Resor Ngawi, Jawa Timur sedang menyelidiki dugaan pembunuhan dengan korban Jaini, 75 tahun, warga Desa Gemarang, Kecamatan Kedunggalar. Jasad janda tua itu ditemukan di dalam rumah oleh kerabatnya yang hendak mengatarkan makanan, Sabtu, 9 Januari 2016.
"Kami masih mendalami penyebab kematian korban. Apakah karena dibunuh atau karena penyebab lain," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Ngawi Ajun Komisaris Andy Purnomo.
Untuk mendalami penyebab kematian janda yang hidup seorang diri itu, menurut Andy, penyidik menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan tim medis Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeroto, Ngawi. "Kami berharap pihak keluarga memberikan izin agar tubuh korban diotopsi. Hal ini akan memudahkan penyelidikan yang kami lakukan," ujar dia kepada Tempo.
Otopsi, kata Andy, diperlukan untuk mengetahui penyebab sejumlah luka di tubuh korban. Sebab wajah bagian kiri korban diketahui lebam dan dari hidungnya mengalir darah. Hingga berita ini ditulis polisi masih kesulitan mengungkap penyebab kematian janda yang tidak dikarunia anak tersebut.
Menurut dia, polisi belum menemukan saksi yang mengetahui pembunuhan terjadi. Bahkan, sejumlah tetangga tidak mendengar adanya suara mencurigakan dari tempat kejadian perkara sebelum jasad korban ditemukan.
Baca Juga:
"Informasi awal yang kami terima, rumah korban sempat dirampok dan akhirnya (korban) dibunuh. Setelah kami cek tidak ada barang milik korban yang hilang," ucap Andhy.
Pariyem, 64 tahun, adik Jaini mengatakan bahwa rumah korban beberapa kali dibobol maling. Uang puluhan juta rupiah hasil berdagang sejumlah bahan pokok yang dikumpulkan selama beberapa tahun raib. "Mungkin kakak saya dirampok dan dibunuh. Tapi saya tidak tahu sendiri," kata dia.
Pariyem merupakan saksi yang pertama kali mengetahui jasad Jaini. Sabtu pagi, dia bermaksud mengantarkan makanan ke rumah kakaknya. Saat masuk ke dalam rumah, Pariyem kaget bukan kepalang lantaran melihat tubuh Jaini penuh luka yang tergeletak di lantai rumah berdinding papan kayu.
NOFIKA DIAN NUGROHO